Qasidah Nahjul Burdah Syekh Umar Hasim Mendapat Isyarat Rasulullah

Qasidah Nahjul Burdah Syekh

Qasidah Nahjul Burdah Syekh Umar Hasim Mendapat Isyarat Rasulullah

Salah satu yang menarik pada Ramadhan tahun ini adalah banyaknya para sesepuh dan kyai-kyai kita secara konsisten mengajak kita berkontemplasi dengan Qasidah Burdah, tentu saja dalam rangka merenungi sajak cinta yang indah pujian kepada junjungan agung Muhammad SAW. itu.

Biarpun di Cairo, saya turut menyimak melalui youtube keterangan-keterangan Mbah Yai Mustofa Bisri di Rembang misalnya, yang memang saya ikuti sejak tahun 2017-an tiap kali bulan Ramadhan tiba. Demikian juga Yai Said Aqil Siradj yang memang hafal betul Qasidah Burdah. Pun Yai Muhammad Hilmy di Krapyak yang juga turut menyiarkan secara online bersama santrinya, begitupun para gawagis maupun para kyai lain. Kecanggihan teknologi sekarang ini, berarti dunia kita sudah tak lagi di batasi jarak, via online pun toh akhirnya tetap bisa tabarukan bersama para kyai, sekalipun dipisahkan oleh benua dan samudera.

Nama lain Burdah itu Bur’ah, demikian para ulama dan orang arab menyebutnya, karena ternyata Burdah berkhasiat sebagai penyembuh. Tak terhitung buanyaknya kisah orang-orang di arab, barangkali juga di berbagai belahan dunia yang sembuh dari derita sakitnya setelah mewirid Burdah, sebagaimana kisah sang muallif yang sembuh dari sakitnya oleh karena Burdah.

Mungkin para sesepuh dan kyai-kyai kita itu sebenarnya sedang menyindir kita kok. Bukan hanya soal Corona saja sebetulnya. Ya sederhana saja, rasa-rasanya fikiran dan jiwa-jiwa kita telah lama sakit. Keputusan-keputusan kita dipertimbangkan oleh orang yang juga sakit. Ibu pertiwi sebenarnya tidak sedang sakit, melainkan hanya disakiti, jadi tunggang langgang tidak karuan begini. Maka secara tidak langsung tersirat pesan, kembalilah berdendang Burdah. Karena sebagai penawar kita-kita yang lara. Hanya kitanya saja yang memang ndableg dan tidak rumangsa. Barangkali itu para kyai kita berwejang.

***
Dalam Islam, Burdah untuk pertama kalinya diawali oleh Ka’ab ibn Zuhair ibn Abi Sulma, atau dengan nama lain “Banat Su’ad”. Lalu yang Kedua, Imam Bushiri meng-gubahnya pada abad ke 7H. /13M.. Nah, yang Ketiga, beberapa abad kemudian di Era Modern abad 20, muncul gubahan burdah baru “Nahjul Burdah” oleh Pujangga Mesir Ahmed Syawqi, lantas didendangkan oleh Legenda musik arab Ummi Kultsum dengan musik garapan Riad Sonbati pada tahun 1946, dan sangat masyhur sejak itu sampai sekarang. Sementara, teranyar muncul gubahan Burdah lagi di Abad-21, dengan nama yang sama “Nahjul Burdah”, ditulis oleh Ulama ahli Hadist mantan rektor Al-Azhar Mesir sekaligus anggota Haiah Kibar ‘Ulama Al-Azhar; Syeikh Umar Hasyim -Hafidzahullah-.

Bukan tanpa alasan dan ujuk-ujuk Syeikh Umar Hasyim menuliskan qasidah tersebut. Dalam ceritanya, suatu ketika sewaktu keluar dari Bab Jibril (Pintu bagian Timur Masjid Nabawi) ada seorang Saudi yang tidak dikenalnya tiba-tiba memanggilnya. Kemudian menyatakan bahwa orang tersebut bertemu Rasulullah dan bersabda; bahwa Umar Hasyim kelak akan menuliskan Qasidah Nahjul Burdah dan kanjeng nabi-pun telah merestuinya. Beberapa waktu kemudian, sekembalinya ke negara Mesir, tak dinyana bertemu orang Mesir yang juga tak dikenalnya, menghampiri dan mengungkapkan hal yang sama pada Syeikh Umar Hasyim. Bahwa ia kelak akan menuliskan sajak cinta Nahjul Burdah gubahan Burdah Imam Bushiri dan Rasul telah merestui dan menerimanya.

Benar saja, saat menunaikan ibadah haji dalam pesawat menuju Madinah Syeikh Umar Hasyim memulai menuliskan awal Muqaddimah Qasidah Nahjul Burdah itu. Entah apa yang tiba-tiba menggerakkan sang raja Fahd (W.2005) kala itu. Tanpa sepengetahuan Syeikh Umar Hasyim, mengutus orang menjemput Syeikh Umar Hasyim beserta rombongan di bandara Madinah untuk menjamu guru besar ilmu Hadist tersebut. Sontak mengagetkan Syeikh Umar Hasyim. Menurutnya, sambutan sang raja tersebut adalah keberkahan setelah menuliskan “Nahjul Burdah” yang dipersembahkan bagi Kanjeng Nabi Muhammad Saw. setelah dua kali diisyaratkan oleh sosok dua orang dari kebangsaan yang berbeda dan tidak dikenalnya tempo hari.

***
Masih cerita Syeikh Umar Hasyim, paska Sang pujangga Ahmed Syawqi menuliskan “Nahjul Burdah” hampir 100 tahun lalu, yang juga merupakan persembahan cinta pada kanjeng nabi Muhammad Saw..

Hari-hari terakhir di penghujung usianya, Ahmed Syawqi mengalami sakit keras. Mendengar kabar tersebut, Syeikhul Al-Azhar Al-Imam Al-Akbar Muhammad bin Ibrahim Al-Ahmadi Al-Dzawahiri As-Syafi’i (w.1944), membesuk Ahmed Syawqi (w.1932) lalu mengatakan kepadanya;

“Dalam mimpi, Aku diutus oleh Kanjeng Rasul Muhammad SAW

“Katakan pada Syawqi !!!”

“Ana fi Intadzarak” (Aku Menunggumu).

Wallahu ‘Alam.

Demikian Qasidah Nahjul Burdah Syekh Umar Hasim Mendapat Isyarat Rasulullah. Semoga bermanfaat.

Penulis: Falih_vava, Alumnus PP. Futuhiyyah Mranggen dan Mahasiswa Al Azhar Mesir.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *