Ketika Orang-Orang Shalih Mengingat Kematian

Bergetarnya Hati Mengingat Kematian Serta Penjelasannya

Oleh: Wasna Arif Mahmudi Penikmat Kajian Keagamaan, tinggal di Bantul

Para Ulama dahulu, sangat serius dan bersungguh-sungguh ketika mengingat kematian. Ketika dzikrul maut (mengingat mati-red), mereka menangis sedih bahkan sampai kehilangan kesadaran. Mati itu ibarat pohon duri yang dimasukan ke dalam perut anak adam. Selanjutnya duri-duri masuk ke dalam otot-otot. Kemudian pohon duri tersebut ditarik sekuat-kuatnya sehingga terputuslah apa-apa yang dilewatinya, tertinggallah segala yang tertinggal.

Bacaan Lainnya

Berikut adalah sedikit kisah ulama-ulama terdahulu ketika merika mengingat mati;

Imam Hasan Bashriy ketika mengetahui ada rekan yang meninggal dunia, beliau berdiam diri sampai berhari-hari, tidak makan dan tidak minum. Beliau menangis dan meratap kepada Allah Swt.

Imam Sufyan Atsauriy, kalau sudah mengingat mati, segala sesuatu yang ada di sekitarnya tidak bernilai dan tidak berharga lagi. Orang di sekitar beliau tidak bisa mengambil manfaat dari beliau. Bahkan ketika ditanya, beliau menjawab “saya tidak tahu”.

Tentang sakitnya ketika ajal menjemput, Imam Hasan bin ‘Imron berkata;

“Kalau sakitnya satu helai rambut dari kematian diletakan kepada salah satu penduduk bumi, pastilah mereka akan merasakan sakit yang sangat. Sehingga mereka lupa makan dan minum”.

Betapa luar biasa pedihnya kematian, satu helai rambut saja sudah sedahsyat itu.

Salah satu putera Nabi Ibrahim As, bertemu dengan beliau dan menanyakan perihal rasa sakitnya kematian. Nabi Ibrahim As., menjawab;

“Seperti tubuh ini ditarik dengan rantai. Selanjutnya Nabi Ibrahim bercerita, “aku menanyakan kepada Tuhanku perihal rasa sakit itu, Allah SWT, menjawab, “Sesungguhnya aku telah meringankan untukmu”.

Nabi Musa setelah wafatnya ditanya, “Bagaimana rasanya kematian?”

Dijawab oleh beliau, “seperti kambing yang dikuliti dalam keadaan hidup.”

Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib Ra., ketika mengetahui ada orang yang meninggal meskipun bukan kerabat sedarah, beliau menangis dengan sangat, sehingga air matanya membasai jenggotnya.

Ketika Nabi Isa As., menghidupkan Sam bin Nuh, Nabi Isa As., bertanya kepada Sam bin Nuh, “Berapa lama engkau mati?” Sam bin Nuh menjawab “4000 tahun.” Selanjutnya Nabi Isa As., bertanya lagi “bagaimana rasanya kematian itu?” Sam bin Nuh, menjawab “sampai saat ini belum hilang rasa sekarat kematian dan panasnya”

Ibnu Sirin, ketika orang-orang di sekitarnya menyebutkan kematian, maka terasa mati seluruh anggota badan Ibnu Sirin.

Walhasil, Syaikh Sufyan Atsauriy, berkata; “Tidak akan mempersiapkan diri untuk kematian orang yang merasa besok masih hidup. Ketaatan kepada Allah Swt, adalah cabang-cabang dari mengingat mati dan kemaksiatan kepada Allah Swt, adalah cabang-cabang dari lupa mati.”

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *