Ketika Kiai Ali Maksum Tanyakan Rahasia Kewalian KH Hamid Pasuruan.
Barangkali karena saking akrabnya, dan mendapati keadaan yang berbeda ketika sama-sama nyantri di Pondok Tremas Pacitan, Simbah KH. Ali Maksum rahimahullah bertanya kepada Allahuyarham KH. Abdul Hamid Pasuruan.
“Asal-asale piye tho kok sampeyan saiki nganti diarani wali? (Sebenarnya bagaimana awal mula sampeyan sekarang oleh masyarakat dianggap sebagai wali?)”
Kiai Hamid menjawab, “Aku ki tansah angen-angen kalimat (Karena saya senantiasa merenungkan ungkapan): “رأس الحكمة مَخافة الله” (Puncak ilmu dan hikmah adalah takut kepada Allah)”
Baca Juga: Saat Majlis Maulid, Kiai Hamid Pasuruan Bergetar Bertemu Rasulullah SAW
Maksud ungkapan tersebut, menurut Mbah Ali: puncak ilmu adalah yang menjadikan pemiliknya semakin takut kepada Allah, yang menjadikan seseorang semakin menyadari keagungan dan kebesaran Allah, yang menjadikan seseorang menjadi semakin iman dan patuh serta taat kepada Allah. Itulah yang kemudian dikenal sebagai ilmu sejati.
Dari situ, maka apapun yang dilakukan oleh seseorang yang tidak menghasilkan rasa takut kepada Allah adalah perbuatan yang sia-sia dan tidak ada gunanya.
Baca Juga: Kiai As’ad dan Kiai Mahrus Aly Tak Takut Malaikat demi Tidak Menjabat
(Penulis: KH. Hilmy Muhammad)
________________
Semoga artikel Ketika Kiai Ali Maksum Tanyakan Rahasia Kewalian KH Hamid Pasuruan ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
BONUS ARTIKEL TAMBAHAN
Karomah Habib Ali Kwitang, Terlalu Dahsyat untuk Dilogikakan.
Suatu ketika tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang) sedang mengajar di rumahnya di hadapan muridnya yang cukup banyak, beliau mendengar suara ibunda tercinta, Nyai Salmah: “Li… Ali… Li…”, begitu panggil sang ibu.
Lalu Habib Ali, waktu itu telah berumur lebih dari 60 tahun, langsung saja permisi kepada semua muridnya: “Saya minta ridhanya untuk menemui ibu saya terlebih dahulu.”
Habib Ali pun menemui ibunya. Ternyata sang ibu minta diantarkan ke kamar mandi. Bergegaslah Habib Ali menggendong sang bunda pergi ke kamar mandi. Bukan itu saja, Habib Ali lah yang langsung membersihkan dan menyuci pakaian sang ibu. Meski ada istri tapi Habib Ali tidak mengizinkannya, karena demi bakti beliau terhadap sang ibu. Padahal waktu itu Habib Ali telah dikenal sebagai ulama yang terpandang di tanah Betawi, tetapi beliau bila dipanggil sang ibu tanpa pikir panjang langsung memenuhi panggilan itu.
Ada suatu peristiwa dimana Habib Muhammad, putra Habib Ali, masih kecil sementara Habib Ali sedang dalam rihlah dakwahnya di Negeri Singapura. Dan sang ibu, Nyai Salmah, bertanya pada menantunya yaitu istri Habib Ali: “Mana Ali, putraku?”
Dijawab oleh istri Habib Ali: “Sedang dakwah di Singapura, Umi.”
Dengan spontan sang ibu memerintahkan pada menantunya itu: “Cepat kirim telegram, bilang padanya ibu memanggilnya untuk pulang!”
Langsung dikirimlah telegram itu kepada Habib Ali yang sedang berdakwah di Singapura. Sesampainya telegram itu pada Habib Ali, langsung beliau baca. Setelah dibaca, tanpa basa-basi Habib Ali pun permisi pamit untuk pulang karena sang ibu yang memanggilnya.
Begitulah tanda bakti seorang ulama besar, orang terpandang, panutan umat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi terhadap sang bunda tercinta.
Penulis: Sya’roni As-Samfuriy.
*Sumber kisah: Ustadz Antoe Djibrel, Khadim Majelis Ta’lim Kwitang dari Almarhum al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi).
_____________________
Semoga artikel Karomah Habib Ali Kwitang, Terlalu Dahsyat untuk Dilogikakan ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
simak video terkait di sini