Ketika KH Munawir AF Baca Puisi untuk Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari

laporan kiai munawir kepada mbah hasyim

Ini bukan sembarang puisi. Pada 14 Mei 2013, puisi ini menggetarkan warga nahdliyyin. Saat dibacakan di Gedung PWNU DIY, suasana terasa riuh, terasa takjub, para pegiat sastra, sastrawan muda, apalagi para santri dan kiai, merasa mendapatkan inspirasi dalam susana harlah NU. Semua berlangsung sejuk, nikmat, dan penuh nuansa. Malam itu, KH Munawir AF (Mustasyar PWNU DIY) membaca puisi ini terasa hadir seorang mahaguru yang sangat dicintai, Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari. Berikut ini puisi selengkapnya.

 

Laporanku Kepada Hadratusysyaikh Simbah KH Hasyim Asy’ari

Ketika aku ditugasi untuk berbicara

tentangmu, mbah

tiba-tiba kau tampakkan raut muka dan wajah

keras, kehitaman, lusuh, dibalut muruah

rambutmu nan kaku, hitam, dibalik sorban dan kopiah

Tak kau kenali daku,

walau kau datang ke rumahku

dengan susah payah

 

Aku kenal engkau dan Mbah Ali,

dan Mbah Ali tentu mengenalmu

dari situ mungkin kau menganggap

silsilah dapat bertemu

tak mengapa –

sebab engkau yang mendirikan NU

dan aku cucumu

Kau masukkan ajaranmu ke sungsum,

dan tulang belulangku

 

Aswaja, Aswaja, Aswaja..

perjuangkan terus sampai akhir hayatmu

 

Aku dengar pekik Aswajamu

berpuluh kali dari ayahku

aku sambut sorak Aswajamu dari

berbagai kawan IPNU, IPPNU

Ansor, Fatayat, Muslimat,

dan beribu-ribu tokoh NU

termasuk Guru, Suhu, dan para kyai

pengisi ruh dan jiwaku

 

Pagi, siang, malam, tak merasa bosan

apalagi jemu

 

Mbah, mbah, bolehka aku mengusikmu?

yang jemu aku, atau hanya perasaanku?

sekian lama aku tak sampai yang dituju

Menjadikan aku galau, resah, tak menentu

 

Berpuluh tahun aku tak membawa manfaat bagi NU

aku, atau NU-nya yang tak mau maju?

atau aku kehilangan biduk

untuk mengayuh perahu..

 

Saya pikir, perahu – tetap yang dahulu

perahu Mbah Hasyim yang satu

hanya ganti nakoda melulu

atau Aswajanya yang usang ?

sudah tak sesuai zaman ??

atau buminya yang gersang ??

mempertontonkan paha dan kutang ??

hingga NU-nya nampak kedodoran ??

 

Mbah, mbah

sekarang zamannya lektop dan ipad

masihkah Aswaja perlu dan tepat?

kulihat kendaraan NU-mu makin terjerat

dalam kubangan, macet, terpencet-pencet

 

Mbah, mbah

tidak salahkah aku membatin

ku datang di muka cermin

mataku tetap bening

tetapi, kok aneh NU-ku tetap dingin..

 

Mbah, mbah..

aku bilangin ya..

di sebelah sana terjadi niaga..

termasuk Aswajamu di koyak-koyak

orang-orang NU suka-suka

 

Mbah, mbah..

jangan marah ya..

kader-kadermu makan Aswaja

mereka bercerai, dan berfoya

menyanyikan lagu ha ha ha…

 

Mbah, mbah…

bukan saya tidak NU lagi..

aku tetap NU sampai mati

cuma, aku ikut sakit hati

melihat kenyataan dan bukti..

 

KH. Munawir AF,

Krapyak, 14 Mei 2013

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *