Ketika di Raudhah, Kenangan Gus Mus dan Gus Dur

Puisi Gus Mus Di Arafah

Sendirian di Raudhah

Bagi para jamaah haji atau umroh, baik laki-laki maupun perempuan pasti mendambakan bisa berdoa di Raudhah, taman surga, tempat diantara mimbar Nabi dan rumah Nabi yang ditandai dengan karpet hijau.

Tapi jangankan shalat atau berdoa, sekadar memasukinya saja butuh perjuangan besar. Terutama buat jamaah perempuan, waktu yang diberikan untuk ziarah ke Raudhah sangatlah terbatas. Sementara yang ingin berada di sana jumlahnya ribuan jamaah…

Saya termasuk beruntung, karena pada waktu haji dulu sempat shalat 2 rekaat. Tidak bisa berlama-lama karena badan sudah terhuyung-huyung didorong jamaah lain dari kiri kanan depan belakang.

Tapi abah KH Ahmad Mustofa Bisri lebih beruntung lagi. Dari sekian umat manusia di dunia, beliau ditakdirkan mendapat kenikmatan tiada tara, bisa shalat dan berdoa di Raudhah, sendirian saja!

Ketika itu, tahun 2000, abah termasuk dalam rombongan umroh presiden Abdurrahman wahid. Gus Dur dijadwalkan akan berdoa di Raudhah. Abah yang mengetahui jadwal Gus Dur, lebih dulu bersiap, berbusana rapi, berjas berdasi, layaknya pengawal Presiden dan mendahului rombongan menuju Raudhah. Sepanjang jalan dari hotel Oberoi Madina menuju Babussalam, pintu menuju Raudhah telah disterilkan. Askar Saudi berdiri membentuk pagar betis. Melihat abah yang berjalan penuh percaya diri, mereka memberi hormat karena mengira abah adalah salah satu pengawal presiden Republik Indonesia yang akan mengecek keamanan tempat yang akan dikunjungi Presidennya.

Akhirnya, abah sampai Raudhah sendirian. Shalat dan berdoa dengan tenang sepuasnya sampai rombongan Presiden datang.
Alhamdulillaah..

Dan kemarin, sewaktu sarapan di Solo, bersama mbak Yeni Wahid, beberapa panitia dan pengisi acara Haul Gus Dur, beliau menceritakan lagi pengalaman ini.

25 Februari 2019

Penulis: Ning Kautsar Mustofa Uzmut, putri Gus Mus.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *