Kerendahan Hati Seorang Prof Quraish Shihab.
Malam ini (12 Ramadhan 1439 H) ternyata saya ‘dijebak’ oleh sahabat saya Al-habib Taufik bin Yahya dan Istri beliau. Ceritanya diundang untuk ceramah berbuka puasa. Saya menganggap acara tersebut akan hadiri oleh sahabat-sahabat kami saja, namun ternyata sampai di tempat saya dikagetkan dengan siapa yang sedang memberikan ceramah di situ!
Seorang Ulama Professor Tafsir dari Universitas kebanggaan Umat Islam, Al-Azhar Asy-Syarif Mesir yang terkemuka (terlepas dari beberapa hal yang mungkin agak sensisitif) yang sangat saya muliakan. Saya begitu menikmati uraian beliau tentang nafahat, mawahib dan ‘athiyyah.
Ternyata saya di luar dugaan, harus ceramah setelah beliau! Beliau menyelesaikan ceramahnya dan masya Allah, beliau mempersilahkan saya bahkan memaksa saya. Sungguh mati saya hampir menangis menolak permintaan beliau!
Lidah saya kelu dan karena saya tidak mau naik, akhirnya beliau ‘Terpaksa’ naik lagi. Beliau berkata, “Qul Bismillah.” Saya berkata “Laa Ya Maulana saya tidak mau duduk di kursi mengisi majelis antum!”
Saya bersihkan kursi beliau, lalu berliau berkata, “Seumur-umur saya ceramah, ratusan kali saya mengisi, baru kali ini saya harus ceramah dua kali dalam satu majelis.” Hadirinpun tertawa.
Akhirnya beliaupun memulai ceramahnya. Di tengah-tengah ceramah, beliau bertanya beberapa pertanyaan isti’dadi, yakni pertanyaan yang berfungsi agar hadirin menyimak, yang tidak membutuhkan jawaban dari hadirin. Lalu ada seorang hadirin menjawabi pertanyaan-pertanyaan tsb. Sementara saya mulai kesal dan marah karena sikapnya yang tidak pantas dalam majelis ilmu apalagi majelis beliau.
Setelah berbuka, saya sampaikan hal tersebut kepada beliau. Dengan rendah hatinya beliau berkata, “Anda tidak bisa memaksakan adab yang diamalkan para pendahulu pada mereka yang hidup dizaman ini.”
Subhanallah. Maafin ana, Bib…Namun hati kecil saya tetap tidak terima, apabila seorang ulama, pembawa ilmu Allah swt diperlakukan demikian. Hati ini tidak bisa dibohongi. Biarpun zaman berubah, adab pada ilmu dan ulama harus tetap berada pada posisinya yang mulia.
Kebun Jeruk, 12 Ramadhan 1439 H.
(Penulis: Habib Geys bin Abdurrahman bin Ja’far Assegaf).
________________
Semoga artikel Kerendahan Hati Seorang Prof Quraish Shihab ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
simak video terkait di sini