Keistimewaan Mbah Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang

Kisah Hadratusyeikh KH. Hasyim Asy’ari Menggendong Nabi Khidir

Hadlratussyekh KH M Hasyim Asy’ari: Sang Legenda. Tidak habis pena menggoreskan tinta emas pemikiran dan perjuangan Hadlratussyekh KH M Hasyim Asy’ari. Beliau memang sosok legenda yang akan terus dikenang sejarah sebagai tokoh umat dan bangsa yang sulit dicari tandingannya. Ini beberapa keistimewaan Mbah Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.

Haus Ilmu Sepanjang Hayat

Berkeliling dari satu pesantren ke pesantren menjadi rihlah ilmiyyah Hadlratussyekh. Pernikahan tidak menjadi penghalang thalabul Ilmi. Dahaga keilmuan memuncak ketika studi di Mekah bertemu dengan tokoh-tokoh ulama dunia yang masyhur ilmu dan akhlaknya.

Menjaga Alaqah Bathiniyah dengan Guru

Hubungan Hadlaratusyeikh dengan gurunya tidak pernah putus, tetap terjaga dengan baik. Khususnya kepada KH Cholil Bangkalan Madura yang terus mengawasi, mendoakan, dan membekali perjuangannya dalam merintis organisasi Nahdlatul Ulama.

Merintis Pesantren

Hadlratussyekh adalah sosok yang keluar dari zona aman dengan merintis pesantren di Tebuireng yang dikenal dengan budaya molimo (Madon, madad, minum, maling, mateni). Hadlratussyekh harus belajar ilmu Kanuragan dan kesaktian untuk menjaga pesantrennya dari gangguan tangan jahil.

Mendirikan Nahdlatul Ulama

Pengaruh Hadlratussyekh yang sangat luas memudahkannya mendirikan organisasi para ulama yang dikenal dengan Nahdlatul Ulama (kebangkitan para ilmuwan). Murid-muridnya dari berbagai penjuru menjadi garda depan organisasi ini, seperti KH Abdul Wahab Hazbullah, KH Bisyri Syansuri, KH Mahfudh Salam, dan KH Abdullah Zen Salam.

Memprioritaskan Kaderisasi

Kaderisasi diprioritaskan Hadlratussyekh. Kaderisasi dari keluarga, santri, dan masyarakat. Anak-anaknya ditempa menjadi ulama, aktivis, dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Di Pesantren dibentuk halaqah yang diisi santri senior yang dilatih memecahkan masalah sosial supaya ketika kembali ke masyarakat mampu menjadi problem solver.

Anti Penjajah

Hadlratussyekh berani di penjara demi melawan kaum kolonial. Beliau mengharamkan melakukan ibadah orang Jepang yang dikenal Saikere (membungkukkan badan ke arah matahari pada pagi hari). Beliau melalui NU mengharamkan memakai identitas Belanda, seperti dasi dan celana. من تشبه بقوم فهو منهم adalah pijakan yang bertujuan menyuntikkan virus anti kolonial.

Resolusi Jihad

Bersama para ulama, di Surabaya, Hadlratussyekh mengeluarkan resolusi jihad. Resolusi jihad yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945 berisi dua hal.

Pertama, kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya melakukan langkah-langkah penyelamatan untuk mempertahankan kemerdekaan di tengah upaya pihak penjajah yang ingin merebut kembali kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia.

Kedua, mewajibkan umat Islam (fardlu ‘ain) yang berada pada radius yang boleh meng-qashar shalat (94 km) dari Surabaya untuk mengangkat senjata melawan musuh demi mempertahankan kemerdekaan. Sedangkan yang berada di luar wilayah itu, hukumnya fardlu kifayah, kecuali jika dalam keadaan terpaksa, maka menjadi fardlu ‘ain untuk menumpas musuh.

Resolusi jihad inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati di seluruh penjuru negeri sebagai bukti kuatnya nasionalisme para santri dalam mengawal NKRI.

Cinta NKRI

Hadlratussyekh melahirkan doktrin “hubbul Wathan minal iman” cinta tanah air termasuk bagian iman. Orang yang tidak cinta tanah air, berarti keimanannya diragukan. Doktrin ini sangat efektif menanamkan nasionalisme dan patriotisme anak bangsa. Doktrin ini menuntaskan relasi agama dan nasionalisme yang di Timur Tengah masih problematis.

Senang Berkolaborasi

Perjuangan tidak bisa sendirian. Hadlratussyekh selalu berkolaborasi dengan aparat keamanan negara dan tokoh pergerakan, seperti Jenderal Soedirman, Ir. Soekarno, Ir. Hatta, Budi Utomo, dan lain-lain. Kolaborasi aktif sinergis inilah yang membuahkan hasil: kemerdekaan bangsa dan mempertahankan kemerdekaan.

Semoga pada santri dan seluruh elemen negeri ini meneladani kiprah perjuangan Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari menuju kejayaan Indonesia, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

Pati, 15 Oktober 2018

(Penulis: Dr Jamal Ma’mur Asmani, IPMAFA Pati)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *