Kiai Ulin Nuha Arwani, beliau sosok panutan dalam berbagai urusan.
Pertama, disiplin waktu. Beliau Abuya Kiai Ulin Nuha Arwani, yang mengajarkn agar santri benar-benar bertanggung jawab dengan kewajibannya yaitu dengan memerhatikan betul waktu mengaji. Abuya membiasakan kami untuk maju ngaji sesuai dengan nomor absen, dari atas ke bawah urut bergiliran, sehingga yang tidak datang tepat waktu otomatis tidak bisa asal ikut ngaji terakhir, konsekuensinya menunggu waktu ngaji sesi berikutnya.
Tidak hanya dicontohkan dalam mengaji, ketika menghadiri undangan pun beliau selalu hadir sebelum waktu yang diajukan kecuali jika perjalanan yang kebetulan terkena macet. Namun beliau selalu mengusahakan tindak (berangkat) lebih awal dari ndalem untuk meminimalisir terlambat. Dan dalam hal shalat yang beliau sendiri juga selalu menghimbau kami untuk melaksanakan jamaah shalat di awal waktu, supaya kegiatan berjalan sesuai dengan jadwal.
Kedua, kebersihan dan kerapian. Abuya & umi selalu mencontohkan dalam kebiasaan sehari-hari beliau untuk memerhatikan kerapian dan kebersihan tempat tinggal juga pakaian yang dikenakan agar tercipta suasana nyaman dalam mengaji. Karena akal yang sehat bertumpu pada raga yang sehat pula, dan raga yang sehat bermula dari tempat tinggal yang bersih juga rapi. Beliau senantiasa mengingatkan kami agar menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, karena yang tidak pada tempatnya itu termasuk perbuatan dholim.
Ketiga, tartil. Hal ini terbukti dari semua kegiatan pondok tidak hanya setoran mengaji santri dihimbau untuk selalu membiasakan dengan bacaan perlahan/tartil agar jelas makhorijul huruf dan bacaan tajwidnya, karena yang demikian pula adalah salah satu wasiat Hadrotus Syaikh Simbah Arwani, “Sedikit tapi mengena (membekas) adalah lebih baik dari pada banyak tapi tidak mengena”.
Keempat, Ikromud dluyuf (memulyakn tamu). Beliau yang tidak mungkin menemui seluruh tamu yang setiap hari memenuhi ruang tamu pondok, selalu berpesan kepada para pengurus bahwa seluruh tamu baik yang bermaksud sowan menghadap beliau maupun yang hanya sekedar menyambangi santri agar benar-benar dihormati, dengan menyiapkan tempat istirahat dan kudapan ‘sak anane sing macem’.
Kelima, Riyadloh & tirakat. Sering beliau berpesan, santri Alquran harus rajin bangun malam saat semua masih trjaga, lalu siangnya untuk berpuasa sebagai usaha meminimalisir nafsu makan yang berlebihan karena ini tidak baik bagi santri yang ingin hasil maksud.
Penulis: Lael Fadeela