Syekh Fathi Abdurrahman Hijazi, merupakan sufi besar, ahli al Quran, dan pakar bahasa yang masih rutin mengajarkan kitab kitab lughah di Masjid Al Azhar. Selain juga, beliau dikenal sebagai Guru Besar Ilmu Balaghah Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Beliau adalah murid langsung dari nama nama masyhur semisal, Syekh Abdul Mun’im al-Khafaji, Syekh Abdul Halim Mahmud, Syekh Muhyiddin Abdul Hamid. Nama terakhir menurut Syekh Fathi adalah “pentahqiq semua kitab babon berbasis bahasa”, sementara di Pesantren Tradisional, Syekh Muhyiddin dikenal sebagai pentahqîq Syarah Ibnu Aqil.
Bahkan beliau, Syekh Fathi, tercatat pernah rutin menimba ilmu pada Syekh Shalih Jakfari (pengampu majlis Jumat di masjid Al-Azhar yang sekarang dibukukan dalam kitab ‘dars al-jum’ah’), Syekh Muhammad Abdurrahman Al Kurdi, Syekh Salamah al Azami, Syekh Najmuddin bin Muhammad Al-Kurdi, dan nama nama kondang lainnya. Kelak nama nama ini yang menjadi jalur silsilah sanad Tarekat beliau.
Guru-gurunya jelas bukan orang sembarangan. Lantaran itu barangkali, Syekh Muhammad Imran Ad-Dah, mursyid Tarekat Idrisiyyah, saat kunjungannya ke Indonesia, pernah berkomentar mengenai Syekh Fathi, “beliau adalah pembesar wali Allah.” Menurut muridnya, bahkan ada yang menyebut Syekh Fathi sebagai “al-waliy al-dzâhir”.
Alhamdulillah, Syekh Fathi hadir ke Pondok Leler Banyumas dua kali atas undangan khusus dari KH. Zuhrul Anam Hisyam, atau Gus Anam. Kehadiran beliau mengundang ribuan orang berbondong baiat Tarekat, meminta doa, meminta ijazah, bahkan meminta nama untuk anak anak mereka.
Ada dua orang yang mendesak penulis untuk membantu mereka ‘matur’ meminta nama ke Syekh Fathi. Pertama Fathurrahman, kedua Fukhuluddin. Fatkhurrahmam meminta nama untuk cucunya, semintara Fukhuluddin meminta nama untuk anaknya. Keduanya meminta nama untuk calon bayi yang masih di kandungan ibunya (belum lahir)
Saat menghadap dan mengutarakan maksudnya, Syekh Fathi mengatakan pada Fatkhurrahman,
“berilah nama anakmu Abdullah. Nama Abdullah merupakan sunnah”
Sementara pada Fukhuluddin, beliau mengatakan,
“Berikan nama Khadijah sebagai nama anakmu. Sebab jika ada nama Khadijah dalam sebuah rumah, maka rumah tersebut tak akan tertimpa kemiskinan.”
Selepas menghadap, Fukhuluddin sempat mengeluh ke penulis,
“Tolong mintakan nama lagi ke Syekh, sebab menurut dokter anakku itu laki laki. Lha ini namanya perempuan.”
Menurutnya, tanda tanda yang ada memang indikasi ke laki laki lebih kuat. Dari mulai perut ibunya yang lancip, menjadi pemalas, muncul jerawat, dan lain sebagainya.
Sementara Fatkhurrahman mengatakan, “aku sendiri belum memeriksakan jabang bayi laki laki apa perempuan. Tapi jika mau menghadap kedua kali, aku ingin nama perempuan juga dari beliau. Khawatir bayinya perempuan.”
Karena kesibukan Syekh Fathi di Indonesia, sampai beliau pulang ke Mesir, ternyata keduanya belum sempat meminta ralat nama yang diinginkan.
Dan yang aneh, saat melahirkan, anak Fukhuluddin yang diprediksi oleh dokter laki laki, ternyata lahir perempuan. Jadilah ia dinamakan Khadijah. Sementara cucu Fatkhurrahman yang belum pernah diprediksi oleh dokter manapun, ketika lahir, bayinya benar laki laki. Akhirnya dinamakan Abdullah.
Fatkhurrahman hanya geleng geleng kepala saat mengetahui bayi Fukhuluddin perempuan sebagaimana keakuratan Syekh Fathi yang menamakan cucunya Abdullah.
“Syekh Fathi ampuh!” tuturnya mensifati Syekh Fathi.
Penulis: Ahmad Hadidul Fahmi
Keterangan Foto: kedua peminta nama ada di foto. Satunya yang menggandeng tangan Syekh Fathi dan satu lagi yang hanya terlihat kepalanya