Karomah Hebat Kiai Bashori Alwi Menjawab Kritik Profesor- Jumat terakhir di bulan Mei 2002, Kiai Bashori Alwi berkhutbah di Masjid Al-Akbar Surabaya. Dalam khutbah kedua, Pengasuh Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang ini membaca hadits Nabi SAW yang menjelaskan pahala orang yang membaca surat al-Ikhkas dan al-Mu’awwidzatain masing-masing tujuh kali sesudah Shalat Jumat.
Beberapa hari kemudian, seorang kawan menelpon Kiai Bashori. Ia mengabarkan bahwa salah seorang ustadz membahas hadits yang dibacakan Kiai Bashori dalam sebuah pengajian rutin di Masjid Al-Akbar. Tak berhenti di situ. Salah seorang direktur masjid yang kini sudah bergelar profesor juga berkirim surat kepada Kiai Bashori. Isinya sama. Namun lebih mak jleb dan blak-blakan.
Setelah diawali dengan salam, doa dan maksud berkirim surat adalah untuk saling memgingatkan sebagai kewajiban sesama muslim sembari mengutip ayat Al-Qur’an, penulis mengutarakan inti suratnya: “Bahwa amalan membaca Al-Fatihah, Al-Falaq, dan An-Nas 7 (tujuh) kali setelah imam mengucapkan salam sebagaimana Kyai fatwakan dalam khutbah Jum’at yang lalu di Masjid Al-Akbar Surabaya, ternyata Haditsnya amat sangat Dhaif yang tidak selayaknya diamalkan”.
Setelah membaca surat tersebut, mahaguru dan pemegang sanad bacaan Al-Qur’an ini merenung. Sampai akhirnya memutuskan untuk menulis buku khusus guna menjawab kritik tersebut. Maka terbitlah buku berjudul: “Dzikir sesudah Shalat Jum’at, Sunnah atau Bid’ah?” setahun kemudian. Uniknya, buku tersebut diterbitkan sendiri oleh Masjid Al-Akbar, lengkap dengan kata pengantar dari direktur utamanya.
Dalam buku kecil yang hanya berisi 33 halaman ini, Kiai Bashori terang-terangan mengungkapkan alasan menulis buku ini, sembari sesekali mengkritik balik kesalahan materi surat yang ditulis. Bahkan dilampirkan pula redaksi asli surat yang diterimanya. Salah satu alasan yang sungguh membuat saya terkesima adalah tulisan: “Sekaligus untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga atas nikmat peringatan yang sangat berharga bagi pribadi saya yang diberikan oleh Al Mukarram Bapak……..” Sementara alasan lainnya adalah untuk mencerdaskan umat agar mereka tahu tentang ilmu-ilmu yang melandasi amal ibadah dan amal mereka.
Demikianlah akhlak orang-orang berilmu. Saling menasehati dengan cara yang santun dan bermartabat, meskipun masing-masing tetap berpegang pada qaul dan hujahnya. Jauh dari caci-maki, ujaran kebencian, bahkan fitnah murahan. Hebat, bukan?
___________
Semoga artikel Karomah Hebat Kiai Bashori Alwi Menjawab Kritik Profesor ini memberikan manfaat dan abrokah untuk kita semua, amin..
simak artikel terkait di sini
kunjungi juga channel youtube kami di sini
Penulis: A Afif Amrullah, Ketua LAZIS PWNU Jawa Timur.
Editor: Anas Muslim