Hikmah Menutup Aurat Ketika Shalat

Pemahaman Keliru Terkait Fatihah Beserta Penjelasannya

Oleh: Wasna Arif Mahmudi, Penikmat Kajian Keagamaan Tinggal di Bantul

Sesuai Mazhab Syafi’i, menutup aurat di dalam shalat termasuk bagian dari syarat sah shalat. Ketentuannya,  bagi laki-laki adalah antara pusar dan lutut, sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Dengan demikian, kecuali dalam keadaan darurat, apabila orang mengerjakan shalat tanpa menutup aurat maka shalatnya tidak sah.

Bacaan Lainnya

Menutup aurat artinya menutupi hal-hal buruk yang ada di tubuh dari pandangan makhluk. Sebab dhohir tubuh ini, mulai ujung rambut sampai telapak kaki.adalah sasaran pandangan makhluk. Para manusia melihat mata, hidung, mulud, wajah, kepala, kulit dan bagian-bagian tubuh dhohir yang lain.

Aurat dhohir tentu berbeda sekali dengan aurat batin dan keburukan-keburkan hati yang tidak diketahui dengan pasti oleh pandangan mata makhluk namun sudah pasti sangat diketahui oleh Sang Maha Mengetahui, Allah Swt.

Ketika sudah tertutup anggota tubuh dhohir dari pandangan makhluk, selanjutnya menutup batin dan hati dari Allah Swt. Tentunya tidak mungkin menutup aurat batin dari Allah Swt., karena tidak ada yang bisa manusia tutupi dan rahasiakan dari Sang PenciptaNya.

Lalu apa yang dimaksud menutup aurat batin dan bagaimana caranya?

Sudah sangat jelas tidak mungkin bagi manusia menyembunyikan dan menutupi diri dari Allah Swt, maka cara menutupinya adalah dengan cara menyesali, merasa takut dan rasa malu kepada Allah Swt

Berawal dari menyesali, merasa takut, dan merasa malu ini, maka akan bangkit dalam hati, betul-betul berdiri di hadapan Allah Swt sebagai seorang hamba yang penuh dosa, ceroboh dan kekecewaan sehingga kepala akan tertunduk sangat malu dan sepenuhnya takut kepada Allah Swt.

Ketika shalat sudah mampu dalam keadaan seperti itu, maka shalatnya  akan sangat berkualitas tinggi. Sudah barang tentu, ketika shalatnya berkualitas maka hidup juga akan berkualitas.

Untuk mencapai kondisi sebagai mana penjelasan di atas, tentunya perlu proses, secara bertahap dan berlatih dengan kontinyu dan menyadari ungkapan hikmah berikut ini: Sesungguhnya, memperbaiki hati itu dengan mengoreksi diri dan kerusakan hati itu disebabkan hati tidak difungsikan dan dibiarkan sesukanya.

Selanjutnya, dari bentuk kebaikan mengoreksi diri itu dengan mencari aib-aibnya, barang siapa tidak mencari aib-aibnya maka tidak mungkin bisa menghilangkan aib-aibnya dan memperbaiki diri. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *