Gus Zakki Kajen, Sosok Hafidzul Quran dan Visioner dalam Pendidikan

gus zakki kajen

Jamal Ma’mur Asmani, Dosen IPMAFA Kajen Pati

KH Ahmad Zakki Fuad Abdillah, Kajen Pati. Gus Zakki, panggilan akrabnya. Beliau adalah putra KH Abdullah Zen Salam-Hj Aisyah. Beliau tidak mengajar saya langsung di Perguran Islam Matholiul Falah (PIM) Kajen, biasa disebut Mathole’, karena saya langsung masuk di Aliyah. Beliau mengajar saya dengan tingkah laku dan keluhuran Budi.

Bacaan Lainnya

لسان الحال افصح من لسان المقال 

Perilaku lebih tajam dari orasi.

Saya sering melihat beliau sambil merokok di pinggir madrasah ketika istirahat PIM. Menurut cerita, beliau tidak kerso ke kantor guru PIM karena di dalamnya ada banyak guru-gurunya yang mengajarinya ketika beliau studi di PIM. Ini adalah bentuk tawadlu (rendah hati) beliau yang luar biasa.

من تواضع رفعه الله 

Orang yang rendah hati justru dimuliakan Allah derajatnya.

Beliau sosok reformis dan visioner. Beliau mempunyai semangat belajar yang tinggi yang melampaui dinding pembatas pesantren. Konon beliau pernah melanjutkan studi di STAIP Pati, namun karena sesuatu hal tidak dilanjutkan. Ada versi lain beliau menyelesaikan studinya di STAIP.

Gus Zakki di samping hafidzul quran atau hamilul Qur’an juga mendalam penguasaan terhadap kitab kuning. Beliau lama belajar di Pondok Pesantren Ploso Kediri untuk mendalami khazanah Islam klasik yang dikenal dengan kitab kuning atau kitab gundul.

Bahkan, salah satu putra beliau yang namanya Gus Syauqi sudah lama diikader di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, sebagai kader masa depan Kajen dalam bidang kitab kuning. Hal ini menunjukkan perhatian besar beliau terhadap keberlangsungan kitab kuning di Kajen yang menjadi basis kajian kitab kuning yang harus dilestarikan dan dikembangkan.

Menurut kisah temen-temen penulis, Gus Zakki (panggilan akrabnya) selalu mengikuti pemikiran cendekiawan Muslim terkemuka, seperti pemikiran neomodernis Islam Fazlurrahman. Pembaharuan pendidikan dibaca dengan seksama dan beliau tampil sebagai salah satu eksponen pesantren yang menggabungkan dimensi kepesantren yang berbasis pengetahuan dengan orientasi skills pekerjaan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Cordova adalah bukti sentuhan tangan dingin beliau dalam mengembangkan peran pesantren dalam bidang skill praktis. Cordova adalah salah satu kota di Andalusia Spanyol yang pernah menjadi saksi kejayaan Islam. Muhammad Ibn Malik yang menulis karya legendaris ألفية ابن مالك adalah ilmuwan dari Andalusia Spanyol. Mungkin beliau bercita-cita mengembalikan kejayaan Islam seperti di Andalusia Spanyol Tempo dulu.

Beliau karena aktivitasnya di tahfidhul quran, baru saja merintis PDF (Pendidikan Diniyah Formal). Sebuah terobosan yang menyeimbangkan dimensi skills praktis dengan pengayaan ilmu. Keduanya sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan ini. Sebagai maqalah Ulama yang dinisbatkan kepada Imam Syafi’i:

من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد الاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم

Siapa yang menginginkan dunia harus dengan ilmu, siapa yang menginginkan akhirat harus dengan imu, dan siapa menginginkan keduanya harus dengan ilmu.

Kombinasi dua ilmu inilah yang mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat (سعادة الدارين).

Dalam mengelola lembaga, Gus Zakki menggunakan prinsip the right man on the right place, manusia yang benar ada di tempat yang benar. Artinya menempatkan seseorang sesuai dengan kapasitas orangnya. Orang yang berposisi sesuai kapasitasnya akan menikmati pekerjaannya dan hasilnya maksimal, karena ia happy, tidak tertekan, dan mampu mencurahkan segala kemampuan yang dimiliki.

Setelah kakak nya KH A Nafi’ Abdillah wafat, secara kultural dan struktural, beliau meneruskan perjuangan kakaknya, baik dalam pembimbingan thariqah, mengurus Yayasan Nurussalam, membimbing gus-gus muda Kajen dalam memajukan masjid, makam Syekh Ahmad Mutamakkin, dan lain-lain. Bersama KH A Mu’adz Thohir, Gs Zakki menjadi rujukan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial yang terjadi.

Sekarang beliau mengelola Pondok Pesantren Al Kautsar putra putri di sebelah makam ayahandanya KH Abdullah Zen Salam. Beliau memang sosok yang banyak gagasan besar dan berusaha membuktikannya dalam realitas. Memang benar kata Prof. Dr. Nurcholis Madjid, yang bisa melakukan pembaharuan di pesantren adalah orang dalam atau gus-gus muda yang nanti menjadi pemimpin pesantren pasca ayahandanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *