Puan Maharani, AHY, Gibran (nada-nadanya), Tutut Soeharto (pada zamannya), dan masih banyak lagi tokoh politik/penguasa yang mengikuti (atau diminta mengikuti) jejak orang tuanya.
Tidak hanya di tingkat nasional, di level daerah hingga desa, sebetulnya juga banyak kok yang memperoleh jabatan/kekuasaan karena unsur bejo. Bejo menjadi anak siapa, atau cucu siapa.
Pun begitu, ibarat mata uang, soal ini kita tidak bisa langsung melihat dari satu sisi saja, ‘menggebyah-uyah’ dengan menghakimi jika mereka tidak memiliki kualitas yang mumpuni. Bahkan yang lebih kejam memberi predikat ‘lohak-lohok’, plonga-plongo, dan sebagainya. Penilaian mendekati obyektif adalah jika kita memang kenal akrab dan tahu betul kualitas dan sepak terjangnya.
Walaupun begitu, mayoritas mereka yang hidupnya ‘didulang’ atau kariernya ‘dikarbit’ ortunya, akan beda kualitas dengan yang mulai ‘timik-timik’ jalan ‘nibo-tangi’ dari bawah.
Yang kebetulan lahir dari ortu ‘orang besar’ tapi hebat ada juga kok. Aku punya kawan, dari keluarga besar orang hebat tapi memang mumpuni, berkualitas, dan punya integritas, seperti misal Kang Yaqut Cholil Qoumas. Aku tahu perjuangannya untuk mempertahankan NKRI direwangi kurang tidur & jarang kelon.
Dia dari keluarga ‘hijau’ yang sangat merah putih daripada yang ngaku-ngaku ‘hijau’ sandangane rubyang-rubyung tapi gak jelas kekarepane. Ada lagi satu kawan, dari keluarga sederhana, bukan siapa-siapa yang hidup di ndeso (maaf tidak saya sebut di sini), lulusan akpol terbaik yang kini menjadi satu diantara jenderal hebat. Kecerdasan & integritasnya terhadap republik ini tidak aku ragukan. Presiden Jokowi juga seperti itu, wong ndeso pinggir sungai, bukan siapa-siapa yang berjuang berdarah-darah hingga bisa mencapai jabatan tertinggi di negara ini
So…, kita boleh memberi penilaian terhadap orang, tapi kita tidak boleh begitu saja menghakimi. Mereka hanya ‘ndilalah’ saja dilahirkan dari keluarga ‘balungan gajah’. Ditambah dengan ortu/keluarga yang perhatian terhadap masa depan mereka.
“Takdir bisa berubah pada orang-orang yang memang dikehendakiNYA untuk bisa merubah takdir.”
Penulis: Kang Unggun.