Inspirasi Santri: Gus Muhammad Hasyim Mahfudh
Dalam rangka mengenang jasa pahlawan, PCNU Pati, TNI-Polri, dan Keluarga Besar Perguruan Islam Mathaliul Falah (PIM) Kajen mengadakan upacara penghormatan pahlawan, tabur bunga, dan tahlil di makam Pahlawan Pati (Ahad, 21 Oktober 2018, pukul 16.00-17.00 WIB).
Salah satu pahlawan yang dikenang adalah Gus Muhammad Hasyim Mahfudh. Dalam pidato tentang biografi dan rekam jejak Gus Hasyim, Kiai Ismail Subakir yang masih keturunan Kiai Mahfudh Salam dan Gus Muhammad Hasyim menjelaskan sejarah perjuangan Gus Hasyim dalam menumpas penjajah di bumi Indonesia.
Dari teks pidato yang dibaca Kiai Ismail Subakir yang merupakan ringkasan yang ditulis KH Ahmad Manhajussidad Shonhaji, Lc, MSI, tergambar jelas kegigihan Gus Hasyim dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Putra pertama pasangan KH Mahfudh Salam-Bu Nyai Badi’ah yang merupakan kakak kandung Hj. Muzayanah Manshur Lasem, KH MA Sahal Mahfudh, Hj. Salmah Jepara, Hj. Fadhilah Jakarta, dan Hj Khodijah Kencong Jember, ini lahir tahun 1929 M. dan wafat tahun 1949 M.
Besar dan tumbuh dalam keluarga Kiai ternama, Gus Hasyim mengenyam pendidikan dari keluarganya, khususnya ayahanda KH Mahfudh Salam Al Hafidh yang dikenal pakar fiqh-ushul fiqh dan peduli terhadap soal-soal kemasyarakatan. Kakeknya KH Abdussalam adalah pendiri Perguruan Islam Mathaliul Falah (PIM) Kajen tahun 1912 M.
Kegigihan ayahandanya KH Mahfudh Salam dalam menumpas kolonial Belanda dan keberpihakannya kepada persoalan-persoalan masyarakat yang terzalimi-teraniaya, yang menjadikan KH Mahfudh Salam sebagai sasaran utama Belanda dan akhirnya tertangkap dan dipenjara di Ambarawa sampai wafatnya tahun 1944 M., menginspirasi Gus Hasyim untuk meneruskan jejak langkah ayahandanya.
Di bawah asuhan pamannya KH Abdullah Zain Salam pasca wafatnya ayahandanya, Gus Hasyim tumbuh sebagai pemuda yang keras dan tegas memegang prinsip, khususnya dalam konteks perjuangan kemerdekaan.
Menyambut resolusi jihad yang dikumandamgkan Rais Akbar Nahdlatul Ulama Hadlratusysyaikh KH M. Hasyim Asy’ari, Gus Hasyim terjun langsung dalam perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Bersama para santri Kajen, seperti Abdullah Sa’id (putra KH Mustaghfiri Kajen) , Masyhadi, Naim Ihsan, dan lainnya, Gus Hasyim mengangkat senjata untuk melawan agresi militer Belanda 1 dan 2. Dalam barisan laskar Hizbullah, Gus Hasyim terlibat dalam penyergapan dan perampasan senjata dari tentara Belanda yang disimpan di komplek pemakaman Kajen dan mendistribusikannya kepada pejuang pejuang yang lain. Aktivitas ini menjadikan Gus Hasyim seorang pejuang yang punya keahlian mengoperasikan senjata rampasan dari Belanda.
Gus Hasyim piwai melancarkan serangan mendadak di jalur patroli Agresor Belanda. Inilah yang menjadikan Gus Hasyim seperti ayahandanya, yaitu menjadi target sasaran operasi Belanda. Menghadapi ini, Gus Hasyim selalu berpindah tempat karena keberadaannya dimata-matai Belanda.
Wafat
Gus Hasyim wafat sebagai syahid yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada penghujung tahun 1949 M. Ketika beliau menjadi imam shalat ashar bersama dua orang santri (Abdul Manan dan Sholeh) dan seorang tentara yang bernama Harun, Belanda berhasil menembak Gus Hasyim ketika sedang berdoa pasca shalat ashar. Beberapa tembakan tidak mempan, membuat Pasukan Belanda memberondongnya dengan senjata otomatis yang menjadikan Gus Hasyim wafat sebagai syahid. Beliau wafat dalam usia yang masih sangat muda, yaitu 20 tahun.
Alhamdulillah dalam peristiwa ini, para pengikut Gus Hasyim berhasil lolos sehingga bisa menyampaikan kabar wafatnya Gus Hasyim kepada pihak keluarga di Kajen.
Gus Hasyim awalnya dimakamkan di Sukolilo, kemudian setelah beberapa tahun dipindah ke Taman Makam Pahlawan Pati dengan nomor 95 atas nama Hasjim. Ketika dipindah ke Taman Makam Pahlawan, jasad Gus Hasyim masih utuh.
Perpindahan makam Gus Hasyim dari Sukolilo ke Taman Makam Pahlawan ini menunjukkan pengakuan negara terhadap kepahlawanan Gus Hasyim sebagai sosok nasionalis dan patriotis sejati yang berjuang meraih kemerdekaan dan mempertahankannya sampai titik darah penghabisan.
Demikian Sirah perjuangan Gus Hasyim mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia sebagai inspirasi para santri dan seluruh elemen bangsa dalam mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi prestasi besar di bidang ekonomi, pendidikan, dan politik kebangsaan yang berpihak kepada rakyat.
Ingat syair:
ولدتك امك يابن ادم باكيا – والناس حولك يضحكون سرورا
فاعمل لنفسك أن تكون اذا بكوا – في يوم موتك ضاحكا مسرورا
Wahai manusia, engkau terlahir menangis ketika orang-orang di sekitarmu tertawa bahagia
Maka, berprestasi besarlah kamu yang akan terus dikenang sejarah, sehingga engkau tertawa bahagia saat kematianmu, sedangkan orang-orang di sekilingmu menangis haru melihat besarnya pengorbanan mu
حب الوطن من الايمان
Cinta Tanah Termasuk Tanda Iman
NKRI: Harga Mati
Pancasila: Jaya
Selamat Hari Santri Nasional,
Senin, 22 Oktober 2018
الي روح العالم الشهيد محمد هاشم محفوظ عبد السلام عبد الله الحاجيني الفاتحة … امين يا رب العالمين
Taman Makam Pahlawan Pati,
Ahad, 21 Oktober 2018 M.
12 Shafar 1440 H.
(Dr Jamal Ma’mur Asmani, Dosen IPMAFA Pati dan Wakil Ketua PCNU Pati)