Gus Dur Sukses Selaraskan Tradisionalisme dan Modernisme

ibu nyai sinta istri gus dur

SLEMAN. BANGKITMEDIA.COM

Sepanjang perjalanan peradaban umat manusia, seringkali benturan diciptakan. Benturan itu justru membuat manusia mundur, karena setiap hal itu saling menyelaraskan. Demikian juga ketika modernisme malaju kencang di Indonesia, seolah terjadi benturan dengan tradisionalisme. Inilah yang oleh Gus Dur bisa didamaikan dan diselaraskan, sehingga melahirkan perpaduan yang sangat hebat hari ini.

Bacaan Lainnya

Demikian ditegaskan Ibu Nyai Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam puncak acara Ziarah Budaya Sewindu Haul Gus Dur di Auditorum Universitas Sanata Darma, Yogyakarta (05/02).

Ibu Nyai Sinta menegaskan bahwa kencangnya laju modernisme banyak meninggalkan stigma negatif terhadap tradisionalisme. Banyak yang dianggap kolot, ketinggalan, dan stigma negatif lainnya. Gus Dur hadir memberikan pencerahan buat semuanya, sehingga modernisme dan tradisionalisme tampil selaras, luar biasa.

“Modernisasi dianggap superior. Modernisasi dianggap hebat dan maju. Orang kalau ingin dianggap maju mereka bisa meninggalkan tradisi yang sudah ada. Tradisional dan modernitas dibenturkan. Tradisionalitas diposisikan yang ditindas. Dan benturan seperti ini terjadi secara masif termasuk masalah agama. Maka Gus Gur berupaya untuk mendamaikan keduanya,” tegas Ibu Nyai Sinta yang penuh dengan gembira.

“Gus Dur terbukti mampu membangun secara harmonis antara tradisionalitas dan modernitas. Apa yang dilakukan Gus Dur memiliki dampak yang sangat signifikan. Inilah yang menyebabkan Gus Gur sangat dinantikan, dicintai dan dirindukan. Sekarang, kewajiban kita bersama untuk melanjutkan perjuangan ini di masa depan,” lanjut Ibu Nyai Sinta.

Ibu Nyai Sinta kembali menegaskan bahwa sepanjang hidupnya Gus Dur mengabdikan dirinya untuk merajut dan merawat perbedaan. Perbedaan dalam hal apapun, ya budaya, agama, dan lainnya. Makanya, Gus Dur selalu intens dalam melakukan dialog dengan berbagai macam kalangan.

“Kebudayaan itu bagi Gus Dur adalah cermin dasar kemanusiaan. Maka, upaya untuk merawat kebudayaan ini, Gus Dur selalu melakukan dengan dialog secara intens seperti forum dialog, seminar, sarasehan dan obrolan ringan dan santai diselingi gurauan. Seperti yang dilakukan putrinya saat ini, Inayah, yang tampil di Kompas setiap Selasa,” tegas Ibu Nyai Sinta.

Di samping itu semua, lanjut Ibu Nyai Sinta, Gus Dur sangat tekun menebarkan gagasannya melalui tulisan di berbagai koran, majalah, dan lainnya. Kemampuan Gus Dur untuk mendamaikan bermacam perbedaan dan kesabaran Gus Dur untuk merawat perbedaan kebudayaan yang ada di Indonesia.

“Gus Dur sangat perhatian dengan kaum minoritas. Juga sangat perhatian dengan kebudayaan yang banyak ditinggalkan,” pungkas Ibu Nyai Sinta.

Dalam acara Ziarah Budaya Sewindu Gus Dur ini, banyak tokoh yang hadir. Mereka adalah Buya Syafi’i Ma’arif, Mahfud MD, Ulil Abshar Abdalla, KH Asyhari Abta, dan lainnya. (md/rohim)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *