Dalam perjalanan dari Kebumen menuju Tambak Beras Jombang, Gus Dur berbincang-bincang banyak hal dengan Kyai Imron Hamzah. Salah satu pembicaraan yang saya ikut mendengarkan adalah tentang koran Surya.
Kata Gus Dur, “Saya pernah ngomong sama Pak Yakob (pemilik Kompas), ‘pak, koran Surya saya minta’. Pak Yakob bilang, ‘silakan diambil Gus, saya serahkan koran Surya. Tapi, Anda harus tahu bahwa 50% saham Surya milik Pak Harmoko!’ ”
“Mendengar nama Harmoko, buru-buru saya bilang ke Pak Yakob, ‘kalau begitu ndak usah pak.”
***
Mendengar cerita Gus Dur itu, saya membayangkan dua sosok yang berseberangan: Jacob Oetama yang tokoh pers, pecinta demokrasi, sangat menghormati Gus Dur, bahkan di rumahnya ia siapkan kelengkapan sholat khusus untuk Gus Dur.
Yang satunya bernama Harmoko, tokoh pers, tapi memiliki karakter ‘kejam’ terhadap insan pers, memiliki banyak media, dan kalimat saktinya yang sangat terkenal “menurut petunjuk presiden”. Gus Dur sangat muak terhadap tokoh ini, sehingga Gus Dur punya anekdot khusus tentang tokoh Harmoko.
Kata Gus Dur, “Sewaktu menunaikan ibadah haji, sewaktu di jamarat, Harmoko melemparkan batu yang telah dipungutnya di Muzdalifah. Hal yang mengejutkan Harmoko adalah setiap ia melemparkan batu, saat itu pula batu tersebut memantul kembali ke arah tubuh Harmoko. Di tengah kebingungan mencari jawaban atas kejadian yang dialaminya, tiba-tiba Harmoko menangkap ‘hatif’ (suara gaib) ‘Hai Harmoko, sesama syetan dilarang saling melempar!!!!’.”
hehehe
(Penulis: Muhammad Nuh, Surabaya)