Gus Dur Berhasil Menjadikan Agama Sebagai Pemersatu Bangsa

Oleh : Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, Wakil Rektor II UIN Sunan Kalijaga dan Wakil Rais Syuriah PWNU DIY

Saya ingin memberikan testimoni bahwa Gus Dur berhasil merealisasikan agama sebagai pemersatu bangsa. Banyak orang menggunakan agama sebagai pemecah belah bangsa. Tetapi Gus Dur berhasil menafsirkan al-Qur’an dan hadits sebagai pemersatu bangsa dengan berbagai macam perbedaannya.

Bacaan Lainnya

Apa yang dilakukan Gus Dur itu meniru Rasulullah. Kalau membaca siroh nabawiyah, ketika hijrah dari Makkah ke Madinah beliau mendapati kota Madinah yang sangat plural, ada Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Bahkan kalau kita membaca sejarah Madinah, ada kaum musyrik juga. Itu dari sisi agama. Dari sisi suku, di Madinah ada bermacam-macam suku yang besar, seperti suku Aus dan Khazraj.

Apa yang dilakukan Nabi? Beliau bersama sahabat lalu menyusun apa yang disebut piagam madinah atau perjaniian Madinah. Pasal – pasalnya satu demi satu mengandung isi yang mempersatukan bangsa Madinah. Pasal – pasalnya ini mempersatukan antara ansor dan muhajrin, lalu mempersatukan umat Islam dengan orang Yahudi, Kristen, dan Majusi. Sampai pasal bahwa, siapa yang menyakiti umat lain berarti menyakiti saya, yakni Rasulullah. Dan masih banyak pasal lainnya.

Apa yang dilakukan Rasulullah kemudian diterjemahkan oleh Gus Dur yaitu memerankan agama sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Kalau membaca artikel Gus Dur, kita akan tahu bahwa Gus Dur dekat dengan umat Islam dan dekat dengan umat yang lain.

Nah, apa yang dilakukan Rasulullah, dan ditiru oleh Gus Dur, itu juga sejalan dengan ayat al-Qur’an, wama arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin. Bahwa Allah tidak mengutus Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta.

Rasulullah diutus oleh Allah sebagai rahmat dan bentuk kasih sayang bagi orang yang beriman dan orang yang belum beriman. Ini yang lalu diterjemahkan oleh Gus Dur dalam pernyataan dan perilakunya. Gus Dur mampu menerjemahkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin untuk konteks persatuan Indonesia. Semoga beliau selalu mendapatkan rahmat dari Allah Ta’ala. Ini yang pertama.

Yang kedua, Gus Dur mampu membangkitkan umat Islam, khususnya nahdliyyin, sampai kepada cara berpikir yang modern. Biasanya pesantren itu dipandang sebagai kominitas terbelakang dan tidak mampu menguasai teknologi. Gus Dur mampu membangkitkan anak-anak muda di kalangan nahdiyyin, sampe anak-anak muda tersebut menguasai berbagi ilmu pengetahuan. Di UIN ada Pak Rektor yang murid Gus Dur. Sekarang jadi pemikir luar biasa. Ada Pak Noorhaidi, itu juga pemikir.

Bagi yang masih muda cobalah baca bukunya Gus Dur, artikel-artikel Gus Dur mulai dari awal sampai akhir. Jadi gusdurian itu jangan hanya mengagungkan, tapi harus diimbangi dengan membaca pemikiran Gus Dur dari tulisan-tulisannya. Ini agar bisa melanjutkan perjuangannya.

Termasuk kalau ada ustad ceramah yang memecah – belah bangsa jangan diikuti. Ikutilah Gus Dur saja yang menyatukan bangsa, bukan memecah belah umat.

*) Disarikan oleh Tim Bangkit dari pidato Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin yang mewakili UIN Sunan Kalijaga dalam rangkain acara Sewindu Haul Gus Dur, di Masjid UIN Sunan Kalijaga, Sabtu malam (20/1/18)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *