Gaya Dagang Ulama Salaf yang Tak Masuk Akal

Gaya Dagang Ulama Salaf yang Tak Masuk Akal

Gaya Dagang Ulama Salaf yang Tak Masuk Akal.

Gaya dagang ulama salafus-shalih, kadang membuat geleng-geleng dan berasa ndak masuk akal bagi kita awam akhir zaman ini. Ada dua kisah menarik dalam kitab Da’watut Tammahnya Syaikh Abdullah al-Haddad 38 bab pedagang, petani dst.

Pertama: Ada pedagang shalih memasrahkan dagangan pada salah satu keponakannya. Sebelum pergi, ia berpesan, “Baju yang ini harganya limaratus dirham, lha yang ini seribu, ingat jangan sampai keliru!”

Selang beberapa waktu, ada orang desa ingin membeli pakaian. Sang keponakan menunjukkan baju harga 500 dirham, dan menawarkannya seribu dirham. Pembeli suka dan senang, iapun mengeluarkan uangnya.

Ditengah jalan, sang pembeli ndilalah bertemu dengan pemilik toko asli. “Hlo?! Itu kayaknya baju dari tokoku?” mungkin begitu batinnya. Langsung ia menyamperinya. “Mase beli di toko itu, ya?”

“Eh, iya, Mas! Kok tau”

“Ha, aku pemiliknya, je! Emang dapet berapa harga?”

“Seribu dinar,”

“Innalillah!”

“Kenapa?” tanya orang desa itu bingung.

“‘Tu baju, cuma limaratus aja harganya. Gimana bocah itu.”

“Ndak papa, saya ihlas kok, Mas,”

“Lho, saya yang ndak rela. Hawong baju limaratusan kok dijual seribu. Kemahalen! Udah pokonya, sampeyan sekarang harus ikut saya. Bisa sampeyan ganti dengan yang harga seribu, ku kembalikan uang, atau akad kita batalkan saja, uange sampeyan tak kembalikan!”

Akhirnya mereka berdua kembali ke toko. Dan endingnya. Si pembeli tetep suka baju pilihannya. Lalu sang saudagar mengembalikan uang 500 dinar.

Kisah kedua adalah kisah jualannya Syaikh Sarriy as-Siqthi.

Dulu, beliau pernah jualan kemiri. Dari awal jual sudah niat, “Ini kubeli seharga 60 dinar, dan akan kulebihi 3 dinar sebagai labaku.”

Beberapa hari, kemirinya ndak laku-laku.

Kemudian, ada seorang pembeli menghampirinya: “Ini harganya berapa, Pak?”

“Enampuluh dinar tambah tiga!”

Kebetulan, pembelinya adalah petugas penyuluh harga “Tapi, Anu lho, Pak. Harga kemiri sekarang naek jadi sembilan puluh dinar,”

“Gapapa, niatanku awal kujual 63, dan cuma ingin laba 3 dinar, kok,” jawab Syaikh Sarriy keukeh.

“Akupun juga telah berjanji pada Allah, tidak akan pernah menjerumuskan seseorang dan tidak akan membuat rugi muslim manapun,”

Akhirnya akhir, keduanya ndak jadi transaksi 😀😀😀😀

Oh, sungguh benar sabda Nabi shallallahu alaihi wasallama:

التاجر الصدوق يحشر مع النبيين والصديقين

“Kelak, pedagang jujur, akan dikumpulkan di padang mahsyar dengan para nabi dan shiddiqin”

Begitulah gaya dagang ulama salaf yang tak masuk akal. Yah, seperti biasa: Berraaatttt 😀😀🙏❤️🙏

Penulis: Gus Robert Azmi, Nganjuk.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *