Doa Saya Tak Pernah Absen Untukmu, Gus Zainal!

gus zainal arifin thoha

Gus Zainal Arifin Thoha!

Maaf, Gus, saya tak bisa hadir di acara haul kepergianmu. Tapi doa saya tak pernah absen untukmu. Saya merasa bahagia, bahwa santri-santrimu masih setia ‘menghadirkan ketiadaanmu’ dengan cara mereka.

Dan kebahagiaan saya makin berlipat saat Tuhan mentakdirkan putera keduamu, Muhammad Hasan Turki menemui saya lewat kejadian yang sebenarnya bukan kejadian biasa saja bila kita mau merenungkannya.

Putera keduamu itu sekarang sudah besar, Gus. Cenderung pendiam pula. Kehadirannya di rumah saya membuat saya begitu terharu. Dia seperti seorang adik yang datang menemui kakakknya. Saya rangkul dia saat pertamakali menemuinya di stasiun. Saya bertanya banyak hal kepadanya, sambil memperhatikan bulu alis di atas mata kirinya yang dulu sering dia cabuti saat menjelang tidur. Ah, ternyata bulu alisnya sudah tumbuh, Gus.

Waktu begitu cepat, ya, Gus. Rasanya masih baru kemarin saya menghabiskan banyak waktu dengan putera-puterimu, terutama si Vina dan Hasan itu. Rasanya baru kemarin saya menyuapi mereka berdua makan, menemani mereka nonton tivi yang selalu rebutan remote, membuatkan mereka susu, menyiapkan baju sekolah, mengantar dan menjemputnya pulang sekolah serta mengajak mereka berdua jalan-jalan dengan sepeda kecil beroda tiga yang saya tarik pakai tali rafia di belakang sepeda saya. Kami bertiga kemudian keliling Minggiran-Krapyak sambil bernyanyi-nyanyi. Alangkah lucu dan mengesankannya masa-masa dimana saya dan putera-puterimu; Vina, Hasan, Hafid, Syifa dan Ziya pernah berkumpul bersama.

Dan rasanya juga baru kemarin Gus, kami para santrimu menghirup segelas kopi yang kau buat untuk diminum bersama, menghisap sebatang rokok untuk dinikmati bersama-sama antara kau dan beberapa orang santrimu dengan bergiliran.

Pun juga rasanya baru kemarin, kau mengajak kami menyenandungkan puisi-puisi, dzikir-dzikir dan juga bermacam-macam doa hingga akhirnya kau pun pergi untuk selama-lamanya.

Semoga kau bahagia di sisi-Nya, Gus, tanpa pernah sepi dengan doa-doa kami.

27 Maret 2016.

Penulis: Salman Rusydie Anwar, Kebumen.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *