Doa Habib Umar Semarang, Anak Nakal Bisa Wasilah Mbah Rifa’i Kudus.
Setiap orang mempunyai kelemahan dan kelebihan. Jangan pernah pernah pesimis, minder. Semua itu dari Allah SWT. Bagi anda yang memiliki anak nakal atau kurang cerdas, Habib Umar Muthohhar mempunyai resep khusus.
Apa itu? Yakni wasilah di Makam Mbah Rifa’i Kudus bagi yang punya anak nakal atau kurang cerdas. Habib Umar bin Muthohhar pernah mengisahkan, ada makam Waliyullah di area makam Sunan Kudus yang disebut Mbah Rifa’i. Habib Umar mendapatkan kisah ini dari KH Khoiruzzad Turaihan Adjhuri. Dan Habib Umar pun minta Pak Kyai Zad menunjukkan makam tersebut.
Makam Kyai Rifa’i berada di sebelah barat makam KHR Asnawi, tepat di tepi jalan kanan sebelum masuk gapura dalam makam Sunan Kudus.
Di makam Mbah Rifa’i inilah tempat yang tepat untuk tawassul atau wasilah jika punya anak nakal atau tidak begitu cerdas atau sulit menerima nasehat atau malas sekolah atau tidak kerasan mondok.
Dan makam yang sama memiliki karomah penyembuhan anak nakal ada di Makam Panjang Tuban.
Barakallah.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
13 Juni 2018
(M Rikza Chamami, Semarang)
________________
Semoga artikel Doa Habib Umar Semarang, Anak Nakal Bisa Wasilah Mbah Rifa’i Kudus ini memberikan manfaat dan keberkahan untuk kita semua, amiinn.
BONUS ARTIKEL TAMBAHAN
Kisah Habib Luthfi Muda Terdiam Karna Sebutir Nasi
Dalam perjalanan mencari ilmu, Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan berjumpa dengan seorang kiai sepuh. Habib Luthfi terkagum menyaksikan akhlak kiai sepuh yang luar biasa. Yakni ketika dhahar (makan), ada butiran nasi yang terjatuh lalu dipungut dan dikembalikan ke piring untuk dimakan kembali.
“Kenapa harus diambil Yai, kan cuma sebutir Nasi?” Ujar Habib Luthfi Muda penasaran.
“Lho…jangan dilihat sebutir nasinya, Yik. Apa kamu bisa bikin nasi sebutir ini, bahkan seperti seribu menir saja?”Deg…. terdiamlah Habib Luthfi Muda.
Kiai Sepuh melanjutkan: “ketahuilah Yik, pada saat kita makan nasi, sesungguhnya Gusti Allah telah menyatukan banyak sekali peran. Nasi itu namanya Sego bin Beras bin Gabah Al Pari. Mulai dari mencangkul, Menggaru, Meluku, menanam benih, memupuk, menjaga hama, hingga memanen ada jasa banyak sekali orang. Kemudian mengolah gabah menjadi beras, dari beras menjadi nasi juga banyak sekali peran hamba Allah disana.”
“Ketika ada satu butir nasi, atau menir sekalipun yang jatuh ambillah. Jangan mentang-mentang kita masih punya banyak cadangan nasi. Itu bentuk dari takabbur, dan Gusti Allah tidak suka dengan manusia yang takabbur. Selama jatuh tidak kotor dan tidak membawa mudharat bagi kesehatan kita ambillah, satukanlah dengan nasi lainnya, sebagai bagian dari syukur kita.”
Habib Luthfi Muda pun menyimak lebih dalam: “Karena itulah ketika akan makan, diajarkan doa Allahumma bariklana (Yaa Allah Semoga Engkau memberkahi kami). Bukan Allahumma barikli (Yaa Allah Semoga Engkau memberkahiku) walaupun sedang makan sendirian.”
“maka dari itu maknanya untuk semuanya, mulai petani, pedagang, pengangkut, pemasak hingga penyaji semuanya termaktub dalam doa tersebut, merupakan ucapan syukur serta mendoakan semua orang yang berperan dalam kehadiran nasi yang kita makan.”
Nasi hanyalah washilah, sejatinya yang memberi rasa kenyang hanyalah Allah semata.
Demikian Kisah Habib Luthfi Muda Terdiam Karna Sebutir Nasi
10 juli 2020
Penulis: Ahmad Hasan Mashuri
___________________
Simak juga artikel terkait di sini
simak juga video terkait di sini