Diplomasi Internasional ala Kiai Ali Maksum

BANTUL, BANGKITMEDIA.COM

KH. Ali Maksum adalah seorang ulama kaliber dunia, seorang yang faqih (ahli fiqih), mufassir (ahli tafsir) fariidu ‘ashrihi wa wahidu zamanihi (satu-satunya intelektual yang dipandang hebat di zamannya). Hal ini karena KH. Ali Maksum adalah ulama NU yang tidak terjebak pada kitab-kitab mu’tabaroh saja, tetapi juga membaca kitab-kitab non-mu’abaroh ketika itu.

Bacaan Lainnya

Demikian disampaikan oleh Agus Maftuh Abegabriel, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi merangkap Organisasi Kerjasama Islam berkedudukan di Riyadh, dalam haul ke-29 KH. Ali Maksum, Krapyak, Sabtu (27/1) malam.

“Mbah Ali yang meninggal 28 tahun yang lalu ini sebenarnya tidak pernah mati. Tidak pernah meninggalkan. Karena beliau adalah seorang alim. Akhul ‘ilmi hayyun kholidun ba’da mautihi. Wa ausholuhu tahta at turobbi rominu. Orang yang mempunyai ilmu yang dahsyat, seperti KH Ali Maksum ini, akan selalu hidup setelah wafatnya. Meskipun tulang-belulangnya sudah remuk ditelan bumi,” tutur Agus Maftuh.

Dalam kesempatan tersebut, Dubes RI ini juga menyampaikan bahwa kesuksesannya memainkan diplomasi di Arab Saudi terinspirasi oleh KH. Ali Maksum. Semasa hidupnya, Kiai Ali adalah ulama yang banyak mengoleksi syair-syair. Hal inilah yang dipakai oleh Agus Maftuh, yakni menggunakan syair untuk melakukan pendekatan psikologis kepada Pemimpin Arab Saudi.

“Di hadapan Raja Salman saya bacakan syair-syair tentang keagungan Arab Saudi, dimana disitu dimakamkan orang yang paling mulia yakni Nabi Muhammad Saw. Saya sampaikan jasa-jasa keluarga Raja Salman, dari simbah-simbah-nya hingga sekarang yang setia menjaga tanah haram. Akhirnya Raja Salman tersanjung dan senang. Orang Arab itu kalau sudah senang, minta apa saja dikasihkan,” lanjut Agus Maftuh.

Berkat keberhasilan diplomasinya tersebut, harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata bangsa Arab meningkat. Salah satunya menebarkan dialog peradaban kesejajaran kemitraan antar dua negara berpenduduk muslim terbesar.

“Arab Saudi memutuskan menabah quota Jemaah haji pada 2017 sebanyak 52.000. sebuah kemajuan yang signifikan. Pada 1 Maret 2017 juga pemerintah Arab Saudi melakukan kunjungan kenegaraan Raja Salman, Saudi Arabia ke Indonesia setelah absen 40 tahun lamanya tidak pernah ada kunjungan serupa.”

“Terakhir kali adalah raja Fashal ibn Abdul Aziz pada 1970 ditrerima oleh KH. Idham Kholid, KH. Subhan ZE, KH. Muhamamd Dahlan dan KH. Ahmad Syaikhu. Orang-orang NU yang punya energi dahyat memajukan NU,” pungkas Agus Maftuh. (Anas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *