Banyak orang mengidolakan tokoh-tokoh idola mereka.
Ada yang mengidolakan Gus Mus. Ada yang mengidolakan Cak Nun. Ada yang mengidolakan Habib Rizieq. Ada yang mengidolakan Prabowo, Jokowi, Ahok, Habib Quraish, Habib Syekh dan masih banyak lagi.
Dulu aku sempat tergoda untuk mengidolakan salah satu dari mereka. Sebab aku ingin mendapat keberkahan dan ilmu dari mereka yang diceritakan begitu luar biasa oleh pengikutnya.
Semakin lambat laun, aku menjadi semakin sadar bahwa tokoh yg harusnya aku idolakan tidak jauh dariku. Ia begitu dekat. Begitu bodohnya aku. Tokoh yang harusnya ku idolakan ternyata adalah kakekku sendiri.
Dari kakekku, aku belajar nasionalisme karena kakekku adalah seorang veteran pejuang mempertahankan kemerdekaan. Aku belajar keagamaan, karena kakekku adalah seorang ulama. Aku belajar kenegaraan karena kakekku seorang negarawan. Aku belajar kebijaksanaan, karena kakekku seorang sufi. Aku belajar komitmen (istiqomah), karena kakekku seorang mursyid Thoriqoh. Aku belajar hidup, karena kakekku menghidupkan banyak kehidupan.
Mungkin menokoh-idolakan seseorang yang ternyata dekat dengan kita ini berlaku bagi njenengan. Bisa saja, orang di sekitar njenengan adalah tokoh yang pelajaran dan hikmahnya ternyata luar biasa bagi njenengan. Semoga Allah merahmati kita dan mendapat kasih sayang Rasul.
Penulis: Gus Muhammad Shidqi, cucu Mbah Maimoen Zubair.