Cara Nabi Mengajarkan Islam Kepada Para Sahabat.
Ini adalah kolom Gus Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCI NU Australia tentang cara Nabi dalam mengajarkan islam yang lebih baik kepada para sahabatnya. Selengkapnya, silahkan menikmati membacanya.
حدثنا عمرو بن خالد قال حدثنا الليث عن يزيد عن أبي الخير عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم أي الإسلام خير قال تطعم الطعام وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف
(HR Bukhari- Muslim)
Ada yang bertaya kepada Nabi: Islam manakah yang lebih baik? Nabi menjawab: memberi makan dan memberi salam baik kepada orang yang kamu kenal atau tidak. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim. Ini Hadits sahih.
Memberi makan adalah salah satu bentuk kepedulian sosial. Dalam bahasa yang lebih umum, Nabi menekankan kepada saling menolong untuk kesejahteraan masyarakat. Mereka yang lapar akan mudah tergoda berbuat kejahatan. Maka tugas kita adalah bagaimana menciptakan kesejahteraan sosial.
Pesan kedua dari Nabi adalah memberi salam. Salam adalah simbol penghormatan, kasih sayang dan perdamaian. Selain meningkatkan kesejahteraan, Nabi menekankan untuk menjaga kehormatan dan perdamaian masyarakat. Keduanya saling berkaitan erat.
Frase terakhir dari pesan Nabi juga amat dahsyat: kesejahteraan dan perdamaian itu dilakukan baik kepada orang yang kita kenal atau tidak. Humanisme pesan Nabi begitu terasa. Tidak lagi membedakan agama, etnik, dan bangsa; kita diminta memberi makan dan menebar salam pada semua.
Dan jangan lupa, pesan Nabi ini menjawab pertanyaan: Islam yang bagaimana yang lebih baik? Artinya Nabi menekankan pada amalan yang lebih baik dalam kita menjalankan agama, di luar ibadah mahdhah.
Hadits yg mirip juga terdapat sebelumnya di Shahih Bukhari-Muslim:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Rasul ditanya: Islam manakah yg paling utama? Rasul menjawab: siapa yang kaum Muslim selamat dari lisan dan tangannya. Kalau Hadits sebelumnya menggunakan redaksi khayr, hadits ini menggunakan istilah afdhal. Apa perbedaannya?
Ibn Hajar dalam kitab Fathul Bari mengutip al-Karmani bhw kata afdhal bermakna yang lebih banyak pahalanya, sedang kata khair yang lebih banyak manfaatnya. Tapi bisa juga beda redaksi pertanyaan dan jawaban karena disesuaikan dengan penanya dan audiensnya.
Inti jawabannya sama: karena memberi makan itu artinya mereka selamat dari bencana yang diakibatkan tangan. Mengucap salam berarti selamat dari kejahatan lisan. Begitu penjelasan kitab Fathul Bari.
Hadits ini sangat dalam maknanya. Amalan Islam yang paling afdhal. Dalam redaksi Sahih Muslim, kata Islam menjadi Muslim. Sehingga pertanyaanya menjadi Muslim manakah yang paling utama. Keduanya dianggap sama oleh Ibn Hajar.
Jawaban Nabi luar biasa: yang paling utama itu adalah mereka yang menjadikan Muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya. Ini introspeksi ke dalam internal kita. Kita rajin ibadah, tapi kenapa gemar mencaci? Kita rajin baca Quran tapi kenapa enteng memfitnah & menebar hoaks?
Kita rajin tahajud, tapi mengapa mulut kita selalu nyinyir? Kita rajin sedekah, tapi kenapa merampas hak orang lain? Kita pakai sorban dan gamis, tapi kenapa kita mencaci-maki pemimpin kita?
Pesan Nabi ini sangat humanis. Kita diminta melakukan jaminan keamanan sosial.
Bagaimana orang hendak bekerja, bila selalu dibully, difitnah, dan dihadang denang berbagai isu? Bagaimana orang bisa merasa aman dan nyaman, bila kondisi rumah tangga, lingkungan dan tempat kerja membuat dia merasa tertekan dan keamanannya terganggu?
Pesan Nabi di atas relevan dengan kondisi kita ini. Dalam 2 hadits tersebut, Nabi tidak bicara politik atau sistem negara sebagai amalan yang khair dan afdhal. Nabi lebih menekankan aspek kemanusiaan kita: selamat dari gangguan lisan/tangan, memberi makan, dan menebar salam. Sederhana, bukan?🙏😍
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Wakil Ketua Pengasuh Pesantren Takhasus Institut Ilmu al-Quran (IIQ) Jakarta
Note: Tulisan asli bisa dilihat di sini