Cara Menyingkap yang Tersembunyi Sesuai Petunjuk Nabi.
Di era digital ini. Terlebih pemegang HP, siapapun itu. Melepaskan jeratan hati dari dunia, super sulit, namun tak mustahil. Karena ada kaidah tak tertulis tapi maklum, yakni, “Semakin banyak mengenal manusia dan dunia, akan semakin menumpuk hasrat dan keinginan”.
Yang tak punya HP, ingin punya. Yang punya HP kentang, ingin yang bisa memfoto bintang. Yang jadi bintang, kadang ingin merasakan kenikmatan manusia kaki telanjang. Dan yang merasa telanjang, ingin menjadi bintang. Mbulet
Jauh-jauh hari. Rasulullah shallallahu alaihi wasallama mewejang salah satu menantunya, Sayyidina Ali karramallahu wajhah. Dan ini adalah penentram bagi yang belum kecukupan dunia ataupun ketenaran. Yo! Tenarpun juga dunia, kan?!:
“Hei, Ali. Sungguh! Allah Ta’ala telah memberimu perhiasan. Tiada hamba yang memakai perhiasan itu, kecuali Allah sangat menyukainya, yakni perhiasan kebaikan menurut Allah azza wa jalla yang berupa zuhud dunia. Hingga Allah menjadikanmu tak terpapar dunia. Dan dunia, tak mampu mengenaimu. Allah memberimu kecintaan pada orang-orang miskin, hingga Allah membuatmu rela mereka jadi pengikutmu, dan merekapun ridha kau pemimpinnya.”
Dari Sayyid Ja’far bin Muhammad. Dari Sayyid Muhammad bin Ali bin Husein. Dari Sayyid Husein bin Ali. Dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib alaihis-Salaam. Kata beliau: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallama bersabda: “Yang zuhud dunia, akan Allah ajari ilmu tanpa belajar. Memberinya petunjuk tanpa kesulitan mencari petunjuk. Menjadikannya awas dan menyingkap hal yang tak diketahuinya.”
(Hilyatul Auliya Syaikh Abu Nuaim 71-72/1 Syamilah)
****
Ketika orangtua yang sudah kenyang makan asam-garam kehidupan atau seorang kyai yang masyhur mengamalkan ilmunya dzahiran wa bathinan, lalu dimintai pendapat. Kadang, Beliau, di pamungkas nasehatnya akan berkata: “Itu, menurutku. Kalau kamu ndak cocok, ya nggak apa-apa”.
Bagi yang faham, akan membatin, “Ini bentuk rendah hati, ketawadhuan, dan kehati-hatian”. Namun, bagi yang ndak nyandak, akan berkata: “Kok nggak meyakinkan blass!”.
Nah! Imam Syafi’i dalam sebuah kesempatan pernah berkata:
“Setiap apa yang kukatakan. Sedang yang datang dari Rasulillah shallallahu alaihi wasallama menyelisihi ucapanku, dari yang benar. Maka, hadis Nabi SAW. lebih utama. Jangan taqlid/mengikutiku”
Itu adalah ketawadhu’an dan kehati-hatian! Bukan lainnya.
Buktinya?
Dawuh itu, dalam kitab Adabus-Syafi’i Manaqibuhu halaman 68 syamilah, oleh pengarangnya, yakni Syaikh Abu Muhammad Mundzir at-Tamimi (W. 327 H.) dimasukkan dalam bab ketawadhuan Imam Syafi’i.
Pernah waktu Imam Syafi’i meriwayatkan sebuah hadis. Ada salah satu orang yang bertanya nylengit, “Apakah kau benar-benar mengambil hadis itu, Hei Aba Abdillah?! (Panggilan kesayangan Imam Syafi’i).”
“Subhanalah! Aku benar-benar meriwayatkan dari Rasulullah SAW. bukan memungutnya serampangan! Ketika aku tahu ada hadis dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallama, dan tidak mengambilnya. Maka, kalian jadi saksi, kalau akalku telah hilang!”
Di tempat dan lain waktu. Ketika murid Imam Syafi’i, yakni Imam Ahmad bin Hambal mengulas sebuah masalah di depan murid-muridnya. Ada salah satu mereka yang berkerut isykal: “Ya, Aba Abdillah (Panggilan hormat pada Imam Ahmad bin Hambal), hadis itu, tidak shahih!”.
Dan apa jawab sang Imam?!
“Jika itu memang tak shahih. Di dalamnya ada pendapat Imam Syafi’i. Hujjah beliau, sangat kuat untuk menetapkan hadis itu!”
Jadi, jika sekarang ada yang suka menghantam-hantamkan pendapat Imam Syafi’i dan hadis shahih, memang dari dulupun sudah ada. Hanya saja, yang memahaminya dari sisi ketawadhuan beliau, jarang. Atau mungkin enggan, lalu bergaya laksana orang ampuh yang memadani beliau, semacam wasit bin pentarjih hehe.
****
Kesimpulannya?! Biasa mawon … Manungso, mpun kagungan jatah piyambak-piyambak. Mboten usah nggrangsang, nopomeleh gampang suudzan marang liyan. Manthuk ngluthuk wajah ndingkluk. Penting mpun usaha sak kiyate. Susah-remen, pasrah Gusti Pengeran ingkang saget nge cat lombok abang.
Demikian tentang Cara Menyingkap yang Tersembunyi Sesuai Petunjuk Nabi, semoga bermanfaat.
Penulis: Gus Robert Azmi, Nganjuk.