Ketika NU menunjukkan kekuatannnya. Rapat Akbar NU 1992 di Lapangan Timur Senayan dihadiri 1 juta warga NU seluruh Indonesia.
Rapat ini atas inisiasi Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU waktu itu. Ini di zaman Orde Baru. Pak Harto masih berkuasa, belum ada yang berani teriak reformasi, tak ada satupun ormas berani demo dan menghujat pemerintah.
Kemana ormas-ormas yang sekarang koar-koar itu? Mereka belum lahir, bahkan pendirinyapun, ngumpet dari kejaran pemerintahan Pak Harto. Gus Dur tegas menolak pencalonan kembali Pak Harto sebagai presiden ( karena belum ada pemilihan presiden secara langsung).
Meskipun begitu, gak ada yang teriak kofar kafir, teriak bunuh. Gak ada caci maki, gak ada yang melawan aparat.
Gak ada yang bilang: “yang tidak ikut rapat akbar NU berarti munafik, kafir, ahli neraka”.
Gak ada yang mengklaim: “Ini membela Islam, menentang rapat akbar berarti musuh Islam.”
Karena wong NU itu manut kyaine, diajari nurut, diajari sopan santun.
Sekarang kenapa NU gak ikut demo? Karena kyai-kyai sepuh dan pimpinan NU melarang warganya.
NU itu benteng persatuan NKRI, dan NKRI itu bukan hanya Islam, perjuangan NU sudah melampaui itu.
Jika saja warga NU seluruh Indonesia diperintahkan berkumpul, niscaya Jakarta gak sanggup menampung.
Ngerti ora son?
(Penulis: Romy)