Belajar Islam Moderat, Dubes Norwegia Kunjungi Pesantren Sunan Pandanaran

Pesantren Sunan Pandanaran
Wakil Ketua STAISPA KH. Jazilus Sakhok, Ph. D ketika menjelaskan sejarah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Berita NU, BANGKITMEDIA.COM

SLEMAN- Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Mr. Vegard Kaale melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Ahad (18/3). Kunjungan kali ini bukan untuk lawatan kerja. Akan tetapi, Mr. Vegard yang didampingi oleh Prof. Dr. Todung Mulya Lubis ingin mengenal lebih jauh Islam Indonesia yang moderat lewat pondok pesantren. Sebelum ke Pondok Pesantren Sunan Pandaran, Mr. Vegard sudah terlebih dahulu mengujungi Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak.

“Kedatangan kami, khususnya Mr. Vegard Kaale ke pondok pesantren adalah untuk mengenal Islam yang moderat ‘khas’ pesantren-pesantren. Dari pesantren-pesantren ini kami mengharapkan nilai-nilai yang berkembang dapat diimplementasikan untuk menangkal liberalisme, radikalisme, dan fundamentalisme yang sedang marak belakangan ini,” ungkap Prof. Dr. Todung Mulya Lubis,

Bacaan Lainnya

Kunjungan Dubes Norwegia ke Pondok Pesantren Sunan Pandanaran ini dikemas dalam bentuk diskusi dan dialog. Hadir dalam forum tersebut para petinggi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sunan Pandanaran, H. Jazilus Sakhok, Ph. D, Suhadi Cholil, Ph. D, Ahmad Sidqi, M. Hum, Ade Supriyadi, M. Ag, Rustiyadi, dan Habib Nur Sulthon, serta delegasi dari MTs Sunan Pandanaran, MA Sunan Pandanaran, dan mahasiswa STAI Sunan Pandanaran.

Diskusi ini diawali dengan sedikit ulasan KH. Jazilus Sakhok tentang sejarah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran dan Pondok Pesantren Ali Maksum yang masih dalam satu ikatan keluarga. Dilanjutkan dengan pemaparan dalam bahasa Inggris oleh Mr. Vegard tentang kondisi dan sedikit sejarah di Norwegia.

“Mayoritas penduduk kami adalah beragama Nasrani, ada juga Yahudi, Islam, Katholik, namun dalam sepuluh sampai lima tahun terakhir ini statistik Islam meningkat. Kami bukanlah negara dengan penduduk yang banyak, jumlah penduduk kami kurang lebih hanya 5,7 juta jiwa dan mendapatkan kemerdekaan dari Swedia dengan cara demokrasi. Negara kami adalah penghasil minyak bumi dan gas,” jelas Mr. Vegard.

Pada forum itu, Mr. Vegard dikenalkan dengan sikap open minded Pondok Pesantren Sunan Pandanaran yang menerima tamu dari semua agama, lapisan masyarakat, dan berbagai aliran. Mr. Vegard juga menunjukkan adanya sikap-sikap toleran yang terbangun di kantor kedutaan besarnya, dimana di dalamnya ada Nasrani dan Islam.

Mr. Vegard mengharapkan kerjasama Indonesia dan Norwegia tidak hanya berhenti dalam aspek investasi dan ekspor-impor saja, namun diharapkan ada pertukaran pelajar, santri khususnya atau staff dari Norwegia ke Indonesia, dan sebaliknya.

“Norwegia dan UGM misalnya sudah menjalin kerjasama kurang lebih 20 tahun dalam bidang exchange program,” tegas Mr. Vegard.

Usai berdiskusi, Mr. Vegard diberi kesempatan untuk berkeliling dan menyapa santriwati di gedung MTs dan MA Sunan Pandanaran. Selain itu, Mr. Vegard juga diperbolehkan turut serta dalam berbagai aktivitas santriwati, diantaranya membatik, membuat hasta karya, dan seni bela diri. Berita Islam terkini. (Faizah/rk).

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *