Oleh: Brama Aji Putra Humas Kementerian Agama DIY dan Pengurus LTN PWNU DIY
Kisah ini pernah diceritakan oleh Ning Ochi Imam Yahya. Suatu hari, dirinya melayani Abah (Kiai Imam Yahya Mahrus Lirboyo) di waktu dahar siangnya. Kiai Imam Yahya merupakan putra dari Kiai Mahrus Aly Lirboyo. Biasanya memang Ning Ochi duduk sekadar menemani Abah, di lain kesempatan juga ikut makan bersama. Setelah siap sedia dan lauk pauk akan disantap, bahkan sudah sedikit mencomot tempe, tiba-tiba Kiai Imam berkata, “Aduh Abah lupa ndak pakai peci. Tolong ambilkan pecinya Abah!”.
Ning Ochi ikuti dawuh beliau, tapi dalam hati bertanya: apa hubungannya makan sama pakai peci?
Setelah mengenakan peci, Kiai Imam bercerita.
“Mbah Mahrus (Kiai Mahrus Aly Lirboyo) kalau dahar pasti harus pakai peci lho, Nduk. Entah kenapa.”
Ning Ochi semakin bertanya-tanya dalam hati. Kiai Imam melanjutkan, “pernah Abah makan pas ndak pakai peci, dimarahi sama Mbah Mahrus”.
Sejak peristiwa itu, putri ragil Kiai Imam itu kian bertanya dalam hati, “Kenapa makan mesti pakai peci?”
Dan rasa penasaran itu terjawab saat perjalanan ziarah walisongo Al-Mahrusiyyah. Sepulang dari makam Sunan Gunung Jati rombongan Ning Ochi menuju Pondok Buntet Cirebon untuk agenda ishoma. Ning Ochi mendapati cerita dari Kiai Tamam, cucu dari Kyai Akyas Buntet tentang Mbah Mahrus.
Menurut Kiai Tamam, dulu Mbah Mahrus selalu berpakaian rapi apabila menyantap makanan. “Mbah Mahrus tak pernah menyisakan makanan,” ujar Kiai Tamam. Semua itu karena menurutnya, Mbah Mahrus sangat menghormati rizqi dari Allah Jalla jalaluh.
Diam-diam Ning Ochi berbisik dalam hati, “Oh ini rahasia Abah selalu makan pakai peci. Karena Abah begitu menghormati dan menghargai rizqi dari Allah.”
Maka marilah kita belajar dari para guru kita, para kiai kita: hendaknya tidak membuang makanan dan juga berpakaian rapi saat menyantap hidangan. Termasuk pakai peci itu.
Untuk guruku, Kiai Imam Yahya bin Mahrus Aly wonten ting maqbaroh (yang ada di Maqbaroh )Ngampel Kediri, al fatihah.