Ayahanda Habib Syech Wafat Saat Jadi Imam Shalat Jum’at

Ayahanda Habib Syech Wafat Saat Jadi Imam Shalat Jum'at di Sujud Terakhir

Ayahanda Habib Syech Wafat Saat Jadi Imam Shalat Jum’at di Sujud Terakhir- Namanya Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf, Solo. Beliau tak lain adalah ayahanda Habib Syech Solo, sosok ulama’ yang berdakwah dengan gema sholawat yang luar biasa menembus segala penjuru Nusantara dan dunia. Kisah ayahanda Habib Syekh memaklumatkan tanda husnul khotimah yang tak bisa dipungkiri: beliau wafat saat jadi imam shalat Jum’at di sujud terakhirnya.

Masya Allah… Subhanallah.. Pasti semua orang akan iri dan memimpikan bisa meninggal sebagaimana ayahanda Habib Syech. Bagaimana ayahanda Habib Syech bisa wafat demikian?

Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf adalah tokoh alim nan tawadhu’. Beliau adalah Imam Masjid Jami’ Assegaf di Pasar Kliwon Solo. Habib Abdul Qadir mempunyai 16 putra, salah satunya Habib Syech. Habib Abdul Qadir adalah sosok yang sangat cinta dengan masjid. Sehari-hari Habib Abdul Qadir tak bisa lepas dari masjid dan majlis taklim.

Habib Syech merasakan betul pendidikan dari ayahandanya ini. Sejak kecil, Habib Syech tidak pernah bermukim di sebuah pondok. Pendidikan Habib Syech lebih terjun ke masyarakat langsung melalui majelis taklim di masjid-masjid terutama Masjid Assegaf, Wiropaten, Pasar Kliwon, Solo. Disitulah Habib kecil seusai Magrib menjelang Isya senantiasa istiqomah mengikuti halaqah keilmuan, belajar al Quran, membaca wirid-wirid bersama ayahanda tercinta. Di masjid Assegaf itu pulalah Habib Syech kecil dididik dengan segala pengabdiannya menggunakan umur-umur SD- nya untuk berkhidmad membersihkan masjid, menyapu dan mengepel lantai masjid.

Habib Abdul Qadir adalah guru utama Habib Syech. Bagaimanapun keadaannya, baik sehat maupun dalam kondisi sakit, beliau tetap mengimami.

“Masjid adalah ‘istriku’ yang pertama,” itulah kata Habib Abdul Qadir yang ditirukan Habib Syech dalam suatu kesempatan.

Dari sinilah, Habib Abdul Qadir dijemput Allah juga di masjid, saat beliau jadi imam shalat Jum’at di sujudnya yang terakhir.

Adapun kisah detik-detik wafatnya Habib Abdul Qadir dikisahkan langsung oleh  Habib Najib bin Thoha Assegaf, Solo, yang menjadi saksi wafatnya Habib Abdul Qadir. Habib Najib juga yang didapuk Habib Abdul Qadir untuk meneruskan jadi imam.

“Wafatnya Habib Abdul Qodir tepat pada hari Jumat, yakni saat melaksanakan sholat sebagai imam pada rokaat yang terakhir dan dalam keadaan sujud. Malaikat mengambil ruhnya dengan penuh rahmat dan disaksikan oleh seluruh orang yang sholat di tempat ini (Masjid Assegaf di Pasar Kliwon Solo-red),” kata Habib Najib.

Kemudian Habib Najib mengisahkan selengkapnya:

“Pada saat beliau sebelum wafat, menit-menit sebelum wafat, saya berada di belakang di shaff yang kedua. Biasanya saya sholat di belakang persis imam, ketika itu saya lihat shaf itu sudah penuh, maka saya berada di shaf kedua ketika iqomah.”

“Beliau Habib Abdul Qadir berdiri dan melihat saya ada di shaff yang kedua, kemudian beliau memanggil saya untuk maju ke shaf yang di depan, persis di belakang beliau. Karena shaf penuh, saya katakan kepada beliau bahwa shaf ini sudah penuh. Dengan nada agak keras, beliau mengatakan bahwa saya diharapkan maju.”

“Kamu tidak tahu apa maksud saya dan tujuan saya,” kata Habib Abdul Qadir.

“Berarti pada saat itu beliau sudah tahu dan sudah merasakan bahwa akhir hayatnya pada saat dan detik melakukan sholat. Akhirnya saya maju ke depan dan di shaf pertama pada saat itu. Shalat dimulai sebagaimana biasa. Kalau rokaat kedua ketika beliau membaca surah Al-Ghosyiah, maka beliau pasti menangis. Tapi ini tidak seperti biasa, pada rokaat pertama beliau sudah mulai menangis. Rokaat pertama surah pertama sampai sujud rukuk dan berdiri rokaat ke dua. Pada rokaat kedua, beliau membaca surah Al Fatihah kemudian membaca surah dan terus-menerus menangis sampai kepada sujud yang pertama dan kedua. Ketika sujud yang kedua lama, beliau tidak duduk. Maka semua hadirin sujud menunggu komando imam untuk duduk setelah sujud.”

“Ternyata pada detik-detik itu malaikat turun dengan rahmatnya bertujuan untuk mencabut ruh Al Habib Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf.”

“Saya pada saat itu tidak berani mengambil satu tindakan apapun cukup lama. Para hadirin saat itu sujud. Ketika saya berpikir, saya angkat, saya duduk atau saya tetap sujud karena ini sudah terlalu lama. Sebab kalau saya duduk  beliau I’tidal maka nanti menjadi masalah, maka saya ikut sujud.”

“Setelah saya pikir agak lama, saya duduk dari sujud dan saya melihat beliau dalam keadaan sujud. Akhirnya komando imam saya ambil alih. Pada saat itu, saya mengucapkan allahuakbar dengan penuh getaran dan saya melihat beliau sujud tidak berubah sedikitpun sampai saya lihat hembusan nafas yang terakhir.”

“Ketika hembusan nafas yang terakhir mengembang sedikit, kemudian nafas yang terakhir pada saat itu, saya yakin bahwa beliau wafat dan ruhnya lepas dari tubuhnya.”

“Subhanallah…. setelah salam semua datang mengangkat jenazah dan ternyata setelah dibalik, jenazahnya tidak ada perubahan sedikitpun. Tidak bergeser sedikitpun. Pada saat itu, setelah diangkat jenazahnya ternyata dengan senyuman yang lebar. Ini menunjukkan pada saat itu beliau menerima dengan penuh kegembiraan berita yang diberitakan kepada beliau oleh para malaikat sebagaimana ayat yang berbunyi:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih, dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah awliya kalian (pelindung-pelindungmu) dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Fusshilat [41]: 30-32).

Itulah yang dikisahkan Habib Najib bin Thoha Assegaf Solo. Kisah keteladanan yang luar biasa, menjadi contoh bagi kita semua. Semoga berkah Allah mengalir kepada kita semua. Amiiin.

Semoga artikel Ayahanda Habib Syech Wafat Saat Jadi Imam Shalat Jum’at di Sujud Terakhir ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin,,

simak artikel terkait di sini

kunjungi channel youtube kami di sini

Penulis: Abu Umar

Editor: Anas Muslim.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *