Apa Rahasia Kecerdasan dan Barokah Ilmunya Gus Baha’?

gus baha' dan ibunya

“Karena saya orang alim, ya ibadah saya mengajar. Kalian yang awam, tugasnya belajar. Orang kaya ibadahnya sedekah. Orang miskin ibadahnya bersabar.”

Kira-kira begitulah salah satu isi pengajian Gus Baha’.

“Manusia itu diciptakan tujuannya supaya beribadah kepada Tuhan. Masalahnya, definisi ibadah kita itu sering cupet. Ibadah itu kan tidak hanya salat, puasa, haji, sedekah, dll. Momong anak ya ibadah, mencari rezeki ya ibadah, kumpul silaturahmi dengan kawan ya ibadah, makan ya ibadah, tidur ya ibadah. Makanya kalau tidur ya diniati ibadah, daripada kalau tidak tidur nanti malah ghibah, mabuk-mabukan, pergi ke tempat prostitusi.”

“Jadi orang jangan terlalu khusyuk. Orang Khawarij itu khusyuk-khusyuk…”

Pendek kata, mengikuti ngaji bersama Gus Baha’ membuat Islam terasa sangat membumi tetapi tidak sampai tercerabut dari akar syariat.

“Kamu punya uang banyak. Terus ada orang menjual tanah strategis di pinggir jalan. Kamu kuat membeli. Tapi tidak kamu beli. Kalau tanah itu kemudian dibeli orang lalu dipakai menjadi tempat maksiat, kamu ikut berdosa. Makanya kalau ada orang baik yang kaya, kalian harus suka. Setidaknya dengan uang di tangannya, dunia tidak bertambah buruk.”

Beberapa hari yang lalu, bersama dengan para sahabat,  saya sowan ke ndalem Gus Baha’.  Tujuanya murni sowan.

Sowan ke ndalem beliau itu seperti ngaji yang gak resmi, karena yang dibahas dari awal sampai akhir adalah ilmu.
Tentunya tak ketinggalan ketawa khas beliau ketika melempar jokes segar kepada kami. Di akhir sowan, teman-teman saya di suruh keluar. Sedangkan saya disuruh mengikuti beliau masuk ke ruang perpustakaannya.

Jujur, saya lumayan merasa terharu sekaligus malu. Diajak khusus ke ruang pribadinya, berbicara empat mata.

“Sampean iseh susah yo mad? (sampeyan masih susah ya Mad?)”

Saya lumayan terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan beliau. Padahal saya dan teman-teman dari awal sowan tak ada yang curhat masalah pribadinya. Dan teman-teman saya (yang rata-rata pebisnis itu) secara juga punya beberapa masalah.

“ojo susah mad yo… Ora oleh susah wong iku…” (Jangan susah ya Mad. Orang itu gak boleh susah)

“sampean oleh susah nek pancen wes ora iso manfaati kanggo agomo”  (Sampeyan boleh susah kalau memang sudah memberi manfaat bagi agama).

Mendengar nasehat dari beliau, dada ini membuncah haru, sekaligus lega. Mata saya lumayan berkaca-kaca. Entah beliau melihat atau tidak. Nasehat beliau pada waktu itu lumayan berpengaruh bagi hati saya. Dan memang hidup itu penuh “kejutan” dari Allah swt.

Kita harus belajar memeluk dan terbiasa menerima “kepahitan”. Karena gak mungkin hidup akan bahagia terus. Sebaik atau sesoleh apapun kamu, pasti akan dikasih “imtihan dan “ikhtibar” oleh Allah SWT.

Jadi terbiasalah dan berbiasalah. Mencintai sepenuhnya nasib kita sendiri-sendiri. Apapun bentuknya. Kalau tetap kukuh tak suka dengan ketetapan Allah, masih sambat-sambat sama orang, bikin status galau-galau di story wa, dan ig, maka Allah mempersilahkan:

فليطلب ربا سوأي

(Maka carilah Tuhan selainKu)

Itulah Gus Baha’. Apa rahasia barokah ilmunya Gus Baha’?

Kakaknya Gus Baha, Gus Mahasin mengatakan:

“Sebenarnya Baha’ itu tidak memiliki amalan apa-apa, biasa-bisa saja. Sholat ya biasa tidak lebih, wirid ya jarang. tapi setiap pagi dia selalu mijiti ibunya dengan membawa istri dan anak-anaknya.”

Penulis: Mohammad Abdullah Mukhbar Mizda, alumni Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *