Antara Ilmu di Perguruan Tinggi dan Praktik Kehidupan

Ciri Penipuan Kaum Munafik, Kisah dalam Qur'an

Prof KH Muhammad Machasin, Mustasyar PBNU

Kalau anda naik mobil atau motor di Yogya, akan anda temukan betapa jalan-jalan di sini tidak mulus. Aspalnya kebanyakan baik, tapi di sana sini terdapat banyak jeglongan dan brenjulan yang sengaja dibuat. Sengaja? Kelihatannya ya, walaupun pasti anda tidak setuju.

Setiap orang tahu bahwa lubang-lubang penyaluran air sengaja dibuat di sebagian jalan agar di waktu hujan air tidak menggenang atau menjadi banjir. Orang juga tahu bahwa permukaan penutup lubang itu seharusnya dibuat rata dengan aspal di sekelilingnya. Akan tetapi di sini—entah di kota-kota lain—hanya sedikit yang dibuat begitu. Kebanyakan dipasang lebih rendah dari aspal sekitarnya, sehingga njeglong atau lebih tinggi, sehingga mbrenjul.

Para pekerja yang mengerjakannya kiranya tidak mendapat pengarahan yang dan pengawasan yang cukup dalam pemasangan penutup lubang di jalan itu. Penerima pekerjaan pun kelihatannya sengaja membiarkan hal itu terjadi. Pejabat yang bertanggung jawab dalam pembangunan atau perbaikan jalan pun kelihatannya puas dengan hasil pembrenjulan dan penjeglongan ini. Masyarakat pemakai pun hanya dapat menggerutu, tidak mengajukan keberatan.

Coba pikirkan: Bagaimana hal ini dapat terjadi di wilayah yang perguruan tingginya sangat banyak dan sebagiannya termasuk yang terdepan di negeri ini dalam hal pembangunan? Kelihatannya tidak nyambung: di sana ilmu dipelajari, dikembangkan dan menjadi semakin baik; sementara di sini pekerjaan tetap dilaksanakan tanpa cukup bimbingan ilmu. Tak nyambung.

Lalu perhatikan praktek beragama. Di banyak mesjid orang membaca lafal niat puasa Ramadan dengan mengucapkan “Nawaitu ṣauma ghadin ‘an adā’i farḍi syahri Romaḍona hādzihis sanati lillāhi taʻālā”. Menurut ilmu nahwu yang dipelajari di beberapa perguruan tinggi agama Islam, pembacaan kata Romaḍona itu salah, semestinya Romāḍoni, karena kata ini di-muḍāf-kan kepada kata hādzihi. Di sini pun ilmu dan praktik tidak nyambung.
Ini contoh-contoh kecil. Yang besar? Silahkan anda perhatikan sendiri.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *