Menghadapi dan bergaul dengan berbagai karakter dan kepribadian berikut pola pikirnya tentu tidak mudah. Adakalanya, supel, enak diajak berkomunikasi namun ada juga sebaliknya. Selain itu manusia ada yang memiliki karakter baik dan tidak baik. Kalau karakternya baik tentu bergaul dengan mereka sangat mudah, menyenangkan dan membawa manfaat. Berbeda, bila bergaul dengan orang yang punya perilaku tidak baik, perampok, penjudi, pencuri, pemabuk, koruptor, pembohong, dan lainnya, ini tidak mudah bahkan menghindari mereka bisa menjadi lebih baik.
Bagaimana ulama kita menghadapi dan bergaul dengan orang-orang yang banyak bermaksiat kepada Allah Swt?
Luar biasa, para ulama kita sangat memberikan belas kasihnya, sayangnya kepada orang-orang yang banyak berbuat durhaka atau maksiat kepada Allah Swt, tidak memaki, menghina atau merendahkan mereka bahkan ulama dahulu, rela menjadikan dirinya sebagai tebusan dengan dikuliti tubuhnya, dicincang tubuhnya supaya orang-orang yang durhaka kepada Allah Swt., tidak lagi berani durhaka kepada Allah Swt..
Bersikap lemah lembut dan santun kepada ahli maksiat lebih baik daripada hanya sebatas mendoakan mereka, ini adalah ungkapan orang-orang Shalih pendahulu kita.
Syaikh Muthorif bin Abdillah Ra. berkata “apabila didalam hati seorang hamba, tidak memiliki rasa belas kasih kepada ahli maksiat maka do’akan mereka supaya diampuni dosanya dan dibukakan pintu taubat, karena diantara akhlak dari Malaikat Allah Swt., adalah memohonkan ampunan kepada seluruh penduduk bumi”.
Syaikh Zuhair bin Nu’aim Ra., berkata “sungguh saya lebih suka kulit saya ini dipotong-potong bersamaan dengan tidak ada satupun orang yang bermaksiat kepada Allah Swt.”.
Syaikh Habib Al ‘Ujma Ra, ketika membaca ayat tentang Allah Swt., memberikan azab kepada suatu kaum, Syaikh berkata “Yaa Rabb, sesungguhnya Engkau telah memasukkan ke dalam hatiku rasa belas kasih kepada orang yang durhaka kepada MU, jika engkau berkenan ampunilah mereka, orang-orang yang banyak durhaka kepada MU, atau jika Engkau berkenan azablah diriku sebagai gantinya”.
Sungguh ini teladan yang luar biasa bagi kita, orang yang lalai kepada Allah Swt., bukanlah musuh, bukan pula orang yang membahayakan tapi orang yang harus disayangi dengan keteduhan dan keikhlasan.
Syaikh Maimun bin Mahran Ra., ketika mengetahui disebuah wilayah ada kaum yang berperilaku dholim / aniaya, seketika Syaikh, sakit sebagaimana orang yang benar-benar sakit, setelah itu ketika disampaikan kepada Beliau, bahwa Allah Swt telah memberikan pertolongan kepada kaum yang durhaka, maka seketika Syaikh sembuh seperti sedia kala.
Ini adalah pelajaran dan pedoman yang sangat penting bagi manusia dalam menghadapi karakter manusia yang tidak taat kepada Allah Swt., dengan berbagai bentuk kemaksiatan nya. Sebagai barometer manusia untuk menilai baik buruk dirinya, Syaikh Syaqiq Al Balkhi Ra., berkata “Barangsiapa mengetahui seseorang yang tidak baik perilakunya kemudian tidak ada dalam dirinya rasa belas kasih maka ia lebih buruk perilakunya dan barangsiapa disisinya disebut nama orang yang shalih, hatinya tidak merasa nikmat maka Ia termasuk orang yang tidak baik’.
Betapa indahnya hidup ini kalau orang-orang yang belum taat kepada Allah Swt., dihadapi dan dekati dengan rasa dan cara yang penuh dengan kasih sayang dan doa-doa yang tulus untuk kebaikan mereka.