Jolosutro merupaka sebuah padukuhan berkembang yang terletak disebelah selatan Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Wilayah Padukuhan Jolosutro memiliki luas wilayah kurang lebih 75 Hektar dan dihuni oleh 892 Jiwa penduduk. Terdiri dari 6 RT Jolosutro semakin menunjukkan dirinya sebagai padukuhan yang sangat berkembang. Letak Padukuhan Jolosutro berbatasan dengan padukuhan-padukuhan lain, sebelah timur berbatasan dengan padukuhan Pandeyan, sebelah barat berbatasan dengan padukuhan Praya dan Jasem, sebelah utara berbatasan dengan padukuhan Jombor.
Dusun Jolosutro semakin menunjukkan taringnya dengan menyabet gelar sebagai dusun kebangsaan yang masyarakatnya berkehidupan berlandaskan sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Masyarakatnya kini hidup sejahtera masyarakatnya sudah banyak memiliki UKM (Usaha Kecil Menengah) yang dikelola oleh POSDAYA di Dusun Jolosutro. Satuan pendidikan di Jolosutro juga terus berkembang berawal dari TK dan SD Jolosutro sekarang sudah memiliki satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang tidak hanya menjadi tempat belakjar anak tetapi juga sebagai lahan kordinasi dan pemberdayaan para ibu-ibu muda di dusun tersebut.
Ya, itu gambaran dari kondisi Dusun Jolosutro sekarang. Berbagai catatan mengesankan tersebut sangat berbeda dengan 15 tahun yang lalu. Dusun Jolosutro karena letaknya terpencil di bawah lereng pegunungan didaerah piyungan membuat masyarakat tidak begitu mengenal dusun tersebut. Kebanyakan masyarakat Jolosutro hanya bekerja sebagai petani tanpa memikirkan pendidikan, tidak sedikit generasi muda yang tinggal di Jolosutro berprofesi sebagai petani ataupun buruh bangunan. Pendidikan menjadi hal yang kurang begitu diperhatikan didaerah tersebut, padahal pendidikan menjadi gerbang menuju masa depan generasi mereka.
Adalah Juweni seorang tokoh pemangku adat yang menjabat sebagai Kepala Dusun mulai sadar dengan kondisi tersebut dan membuat beberapa gebrakan baru serta membawa perubahan di dusun Jolosutro. Juweni tergerak hatinya setelah melihat kondisi masyarakat di dusun Jolosutro yang hanya itu-itu saja tanpa ada progres untuk berkembang menjadi lebih baik.
“Sejak awal saya sudah merasa miris dengan kondisi masyarakat sini, tidak sedikit pemuda di sini yang tidak tuntas dalam mengenyam pendidikan, paling banter selesai sampai SMP dan setelah itu ikut kerja untuk mendapatkan uang, setelah mendapatkan uang parahnya mereka menggunakan uang tersebut untuk membeli minuman keras dan berjudi,” keluh kesah Juweni.
Kondisi masyarakat tersebut menjadikan Juweni semakin ingin membawa perubahan di dusun tersebut. Juweni merasa perilaku buruk yang banyak dilakukan di lingkungan tersebut diakibatkan dari kurangnya pendidikan dan ilmu yang diperoleh anak tersebut. Bagi Juweni pendidikan adalah hal yang sangat krusial dan harus dan wajib untuk diperjuangkan.
“Dulu disini paling tinggi lulusan SMA atau SMK itupun jarang, kebanyakan setelah SMP tidak melanjutkan sekolah lagi, bahkan cuman sampai SD. Saya memulai dari keluarga saya terlebih dahulu, karena waktu itu jenjang SMA ataupun SMK sudah menjadi hal yang istimewa, saya selalu mendorong anak-anak saya untuk terus melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi dan Alhamdulillah berhasil.”
Hal tersebut Juweni lakukan untuk memberikan contoh kepada masyatrakat sekitar, tidak hanya contoh tetapi juga sebagai dorongan kepada masyarakat sekitar agar masyarakat tahu betapa pentingnya pendidikan utuk anak dimulai dari sejak dini dari mulai PAUD hingga perguruan tinggi. Dari situ dusun jolosutro sudah mencetak kader-kader sarjana yang dapat menjadi contoh untuk anak-anak yang dibawahnya untuk bersemangat dalam memperjuangkan pendidikan.
“Untuk mencapai keberhasilan dalam mendorong pendidikan anak peran keluarga menjadi posisi yang sangat sentral dalam mewujudkan pendidikan yang layak untuk anak. Ki Hajar Dewantara dalam ajarannya menuliskan Tri Pusat Pendidikan yakni mencakup Keluarga, Masyarakat dan Sekolah. Jika ketiganya berhasil mendidik anak maka kemungkinan anak tersebut akan berhasil dan membawa manfaat yang sangat luarbiasa sekali”.
Juweni mengerti betul Tri Pusat Pendidikan yang telah diajarkan oleh bapak pendidikan nasional Indonesia. Perjuangan Juweni dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat serta lingkungan sudah mulai membawa hasil yang positif. Pendidikan menjadi kunci utama dalam memberdayakan masyarakat, memajukan lingkungan dan meraih kesuksesan dikemudian hari.
Dusun Kebangsaan
“Saya selalu dan selalu mendorong masyarakat untuk maju, belajar, belajar dan belajar itu yang saya tekankan kepada masyarakat disini. Saya masih ingat betul waktu itu, setelah beberapa tahun saya mendapatkan amanah menjadi kepala dukuh dan melihat kekuranga tersebut, saya mulai membuat gerakan yang membawa perubahan nyata untuk masyarakat dan lingkungan disekitar, saya membuat beberapa peraturan-peraturan yang kami sepakati bersama. Peraturan tersebut yakni kehidupan bermasyarakat di Jolosutro haruslah berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945”.
Keberhasilan Juweni dalam membawa perubahan di dusun Jolosutro menjadi keyataan dengan beberapa peraturan yang berhasil ia buat dapat membawa dusun Jolosutro dikukuhkan sebagai “Dusun Kebangsaan” yang diabadikan didalam prasasti yang terletak disalah satu sudut di Dusun tersebut. Adapun isi dari deklarasi dusun kebangsan sebagai berikut :
Deklarasi Dusun Kebanagsaan
“Kami warga masyarakat Dusun Jolosutro, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan , Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ini mendeklarasikan Dusun Jolosutro kami kukuhkan menjadi Dusun Kebangsaan. Adapun hal-hal yang menyangkut tentang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, keamanan dan ketertiban, pembangunan, agama, pendidikan dan kesehatan di dusun Jolosutro selalu diselesaikan melalui musyawarah dengan berdasar pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta menjunjung tinggi dan menghormati kebhinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”
Penghargaan sebagai Dusun Kebangsan tidak diraih dengan cuma-cuma perjuangan Juweni dan semangat masyarakat dalam mengembangkan lingkungan, pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan menjadi kunci utama dalam keberhasilannya mewujudkan kehidupan masyarakat yang semakin maju dan sejahtera.
Samijem salah satu warga masyarakat yang tinggal di dusun Jolosutro merasakan betul perubahan yang terjadi di dusun yang ia tinggali sejak kecil tersebut. Samijem juga menjadi salah satu warga masyarakat Jolosutro yang berhasil dan mendapatkan dampak dari kemajuan di dusun tersebut.
“Saya sangat senang sekali perubahan yang terjadi di dusun saya ini, masyarakatnya semakin maju, anak-anak bisa belajar dengan semestinya dan mengenyam pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi. Saya juga memiliki cita-cita untuk dapat menyekolahkan anak saya hingga lulus sarjana agar kelak kehidupannya bisa lebih baik dari kehidupan saya. Kalau anak bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik dari kita kan kita bangga, anak-anak bahagia dan keluarga akan sejahtera,” tutur Juweni penuh haru.
Samijem juga merupakan salah satu anggota ibu-ibu kader penggerak pendidikan anak dan kesehatan lansia yang dibentuk oleh Juweni untuk menggerakkan para ibu-ibu di kampung tersebut. Samijem sangat aktif dalam mengelola PAUD atau KB Cermat yang dibentuknya bersama ibu-ibu kader di dusun Jolosutro tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga generasi setelahnya agar dapat lebih baik dari generasi sebelumnya.
Kini masyarakat dan lingkungan di dusun Jolosutro sudah sangat maju. Lingkungan keluarga dan masyarakat sangat mendukung dalam proses pembelajaran baik formal melalui satuan pendidikan PAUD hingga SD dan pendidikan non formal melalui Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA) dan pengajian di musholla-musholla dan masjid yang ada di dusun Jolosutro.
Harapan Juweni kini menjadi kenyataan, mimipinya dalam membawa perubahan masyarakat untuk lebih maju sekarang sudah dapat dilihat hasilnya. Karena faktor usia dan kesehatan beberapa bulan lagi Juweni akan pensiun dari jabatan Kepala Dusun yang dijabat kurang lebih 35 tahun. Kini waktunya generasi muda dalam meneruskan perjuangan Juweni, perjuangan dalam membawa perubahan nyata pada kehidupan di masyarakat dan lingkungan.
Oleh: Ahmad Lailatus Sibyan, Penggiat Sanggar Baca Masyarakat, Dusun Jolosutro, Piyungan, Bantul, Yogyakarta