Ahli Ibadah yang Mendapat Siksa Kubur Karena Tusuk Gigi
Zaman dahulu ada seorang ahli ibadah, ia melaksanakan Shalat dengan baik, ia menunaikan Zakat dengan baik, menunaikan Puasapun demikian halnya, bahkan ia telah menyempurnakan Rukun Islam yang kelima dengan berangkat ketanah suci Makkah guna melaksanakan ibadah haji.
Singkat cerita, pada suatu hari sang ahli ibadah ini kemudian meninggal dunia, setelah beberapa lama ia di kebumikan, dalam sebuah versi cerita, ada salah satu seorang kerabatnya bermimpi bahwa ia melihat sang ahli ibadah ini justru mendapat siksa kubur yang sangat menyakitkan, jasadnya sudah tidak lagi terbaring, tapi terduduk, dan dari mulutnya keluar api terus menerus.
Pada hari berikutnya, sang kerabat itu memimpikan hal yang sama, ia melihat sang ahli ibadah itu disiksa didalam kuburnya, lalu ia bertanya kepada sang ahli ibadah.
“Dosa apakah gerangan yang membuatnya mendapatkan siksa kubur?”
Dengan izin Allah SWT sang ahli ibadah itu menuturkan kepada kerabatnya: “sebenarnya selama saya hidup, saya selalu menunaikan ibadah Shalat, menunaikan Zakat, Puasa dan ibadah Haji. hanya suatu ketika saat saya pulang dari sebuah acara , saya mengambil bagian kecil pagar bambu tetangganya untuk mengambil sisa makanan yang tersangkut pada gigi, saya mengambil sekerat bambu untuk dijadikan tusuk gigi, tanpa meminta izin dari orang yang punya pagar.”
Karna hal itulah yang kemudian menyebabkan ia mendapatkan siksa kubur seperti itu, mulutnya mengeluarkan api terus menerus.
Dari kisah tersebut kita bisa mengambil hikmah. Hanya karena sekerat bambu untuk tusuk gigi saja mengakibatkan seorang ahli ibadah mendapatkan siksa kubur seperti itu, bagaimana mereka yang mengambil harta orang lain, bagaimana mereka yang korupsi uang rakyat, bagaimana mereka yang memakan makanan orang lain tanpa izin dari yang punya makanan, bagaimana mereka yang meminum air orang lain tanpa sepengetahuan si pemiliknya…? Naudzubillah min dzalik…
Demikian Ahli Ibadah yang Mendapat Siksa Kubur Karena Tusuk Gigi, semoga bermanfaat untuk kita semua.
Penulis: Ahmad Hasan Mashuri