Agungnya Akhlak KH MA Sahal Mahfudh

Mbah Sahal dan Mbah Moen
Ilustrasi: Fikri Kamal

KH MA Sahal Mahfudh adalah tokoh sentral Ulama. Status Kiai Sahal Mahfudh sebagai Rais Am Syuriyah PBNU dan Ketua Umum MUI Pusat menjadi buktinya. Kedalaman ilmunya tidak diragukan.

Hebatnya, meskipun ilmu dan status Kiai Sahal sangat tinggi, namun beliau mempunyai moralitas agung yang inspiring dan layak menjadi teladan bagi kiai, santri, dan masyarakat umum.

Salah satu santri Kiai Sahal Mahfudh, KH Wakhradi, M.SI, mengisahkan ketika Kiai Sahal diundang acara di Sarang, namun beliau ada kegiatan lain, beliau dengan rendah hati memohon ijin langsung kepada KH Maimun Zubair yang notabene adalah gusnya (putra KH Zubair Dahlan yang merupakan guru Kiai Sahal).

Ketika silaturrahim ke ndalem KH Maimun Zubair ini, Kiai Sahal jalan kaki dari jalan masuk Pondok Al-Anwar dan mobilnya tidak boleh masuk ke dalam, tapi parkir di pinggir jalan.

Sesampai di ndalem KH Maimun Zubair, Kiai Sahal tidak langsung masuk, tapi beliau duduk menunggu sampai KH Maimun Zubair biasa menerima tamu. Kiai Sahal melarang santri yang menemaninya untuk memberitahu santri Kiai Maimun tentang kedatangan Kiai Sahal.

Meskipun beliau Rais Am dan Ketum MUI, namun beliau memosisikan diri sebagai santri yang harus hormat dan tawadlu’ (rendah hati) kepada kiainya dan putra kiainya.

Sampai akhirnya ada santri Kiai Maimun Zubair yang melihat Kiai Sahal duduk menunggu seperti santri biasa. Beliau langsung matur kepada Kiai Maimun Zubair tentang kedatangan Kiai Sahal.

Kiai Maimun Zubair langsung mempersilahkan Kiai Sahal Mahfudh masuk ke dalam, menyuruh semua anaknya hadir di Rumah, dan menyuruh mobil Kiai Sahal untuk masuk ke dalam. Gus Ubab, Gus Najih, Gus Ghofur, dan lain-lain hadir ke ndalem untuk memghormati kerawuhan Kiai Sahal. Semua ini dilakukan dalam rangka penghormatan Kiai Maimun Zubair atas kedatangan KH Sahal Mahfudh yang merupakan ulama besar, santri kesayangan ayahnya, KH Zubair Dahlan.

Ketika Kiai Maimun Zubair kedatangan Kiai Sahal, maka pembicaraan berlangsung sangat gayeng, akrab, intim, dan penuh persaudaraan dan kekeluargaan. Waktu yang dibutuhkan menjadi panjang. Memang begitulah penghormatan Kiai Maimun kepada tamu, apalagi tamu istimewa, yaitu santri kesayangan ayahnya yang menjadi ulama besar.

Bahkan saling akrabnya pembicaraan Kiai Maimun dengan Kiai Sahal,  Kiai Sahal saking ta’dhimnya kepada Kiai Maimun, tidak berkenan pamitan. Beliau menyuruh santrinya untuk berpamitan jika waktu berjalan dikira cukup.

Begitulah agungnya akhlak KH MA Sahal Mahfudh. Beliau menanggalkan segala atribut dan prestise pribadi. Beliau sowan kepada Putra gurunya sebagai seorang santri yang hormat dan ta’dhim kepada putra kiainya.

Beliau marah jika ada orang lain menceritakan hal-hal yang kurang baik tentang KH Maimun Zubair. Bahkan, saat forum Muktamar NU, jika KH Maimun Zubair dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai Rais Am Syuriyah PBNU, Kiai Sahal tidak berkenan dicalonkan Rais Am sebagai bentuk ta’dhimnya kepada putra kiainya.

Hebatnya, Kiai Maimun Zubair juga sama. Kiai Maimun hormat sekali kepada Kiai Sahal dan tidak berkenan berkompetisi dengan Kiai Sahal, misalnya dalam posisi Rais Am Syuriyah PBNU.

Demikian keagungan akhlak Kiai Sahal Mahfudh yang disampaikan KH Wakhradi. Penulis pernah menyaksikan langsung kerendah hatian Kiai Sahal ketika acara resepsi pernikahan di Blingo Jepara.

Ketika selesai mengakidkan pengantin di masjid, Kiai Sahal langsung berjalan menuju tempat resepsi. Kiai Sahal kemudian duduk di kursi umum sebagaimana khalayak umum. Kiai Sahal tidak merasa punya prestise yang harus dihargai orang dengan penghormatan khusus.

Cerita lain adalah saat Kiai Sahal dilarang masuk arena muktamar oleh Banser di Muktamar NU di Yogyakarta tahun 1989. Akhirnya Kiai Sahal duduk-duduk di luar. Akhirnya panitia marah sama Banser dan langsung mencari Kiai Sahal. Kiai Sahal saat itu menjadi pemimpin sidang acara yang akan berlangsung.

Begitulah Kiai Sahal. Akhlak agung beliau alami, tidak rekayasa, Dan tidak menggunakan atribut dan prestise pribadi untuk kemanfaatan pribadi. Pribadi yang agung tidak membutuhkan pengakuan diri. Pribadi agung akan kelihatan dengan sendirinya.

Emas tetap emas meskipun berada di tempat yang belum layak. Ia pasti akan berharga, dihargai, aan dicari orang. Menjadi emas membutuhkan proses panjang sehingga dibutuhkan kesungguhan, kegigihan, kesabaran, aan keikhlasan paripurna hanya mencari ridla Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Inilah Teladan sesungguhnya.

فتشبهوا إن لم تكونوا مثلهم – أن التشبه بالرجال فلاح

Maka tirulah (orang-orang Saleh) jika kamu belum seperti mereka.
Sesungguhnya meniru tokoh-tokoh besar tanda keberuntungan

والله اعلم بالصواب

Jepara, Senin, 13 Januari 2020.

Penulis: Dr. Jamal Ma’mur Asmani, Dosen di Institute Pesantren Matha’liul Falah (IPMAFA) Kajen Pati

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *