40 Hari Mbah Moen: Meski Duduk Saja Begitu Berat, Tetap Berdiri untuk Indonesia Raya

Mengenang 40 hari wafatnya KH Maimoen Zubair

Ada yang ingin kusampaikan dalam bisik
pada saat detak waktu tiada berhenti
Hari ini, kemaren, seminggu, sebulan, 40 hari yang lalu kita menangis kehilangan sosok pendamai, penyejuk diantara kita; Mbah Moen.

Kita menagis bukan semata karena kita kembali kehilangan sosok penyejuk diantara kita, tapi kita menangis lantaran kita makin gagap menjejak, menapaki jejak mbah Moen yang sejuk, menentramkan, mendamaikan.

Bagaimana kita kan bersedih…
jika sebenarnya Mbah Moen hanya pulang tuk menemui kekasih yang selama ini ia rindukan.

Sesungguhnya kita semua bersedih karena kita kembali kehilangan uswah, kehilangan teladan yang menuntun dan menerangi langkah langkah kita saat ini dalam membangun negeri, bangsa dan peradaban.

Kita kehilangan sosok teladan bersahaja, sederhana yang bersedia berdiri demi menyanyikan lagu Indonesia Raya meski untuk duduk saja ia begitu berat.

Ya…
Tokoh pendamai yang menyukai perdamaian itu 40 hari yang lalu telah damai di sisi Zat yang Maha Damai. Meninggalkan kita yang belum selesai dengan urusan dunia ini, dengan membawa segudang ilmu, akhlak, dan kearifannya……..

Mbah Moen…..
Ketika rindu padamu mendera…
kemana kan ku luapkan rasa?

Hadiah Fatikhah untuk Mbah Moen……..

Penulis: Abdul Halim.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *