Waspada Generasi Qurani tapi Jahil Syari’ah

ratusan kitab

Tahfidz

SMP kelas satu dulu saya pernah mondok sebulanan pas Ramadhan di pesantren Sunan Pandanaran Jalan Kaliurang Jogja. Masih ada KH Mufid Masud sebagai perintisnya.

Pondok ini sebenarnya khusus untuk penghafal Quran. Bukan buat anak-anak seumuran saya. Tapi karena program khusus, saya bisa ikutan dengan mereka sebulanan.

Dulu kalau lihat mereka menghafal 30 juz Al-Quran, saya kagum banget. Bagaimana Quran yang tebal itu bisa dihafal luar kepala. Malahan tarawih 20 rakaat mereka baca 1 juz. Tapi cepat juga, karena sudah pada hafal.

Tapi lama-lama lihat orang menghafal 30 juz Quran itu sudah teramat populer. Sudah tidak aneh lagi. Bagi saya malah sudah terlalu biasa banget. Meski saya bukan penghafal Quran, tapi ketemu anak kecil sudah pada hafal Quran, sudah makanan sehari-hari.

Justru yang saya miris ketika mereka yang sudah hafal Quran itu malah tidak belajar ilmu Al-Quran. Hasilnya, wudhu tidak benar, shalat berantakan, halal haram tidak paham. Tentu tidak semuanya kayak gitu.

Tapi di sisi tertentu, kecenderungan hanya menghafal Quran saja, tidak belajar ilmu agama yang lain seperti tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqih justru berbahaya dan sesat juga.

Sebab diturunkannya Al-Quran secara acak di masa kenabian, justru untuk dijadikan petunjuk menjalani kehidupan. Kalau tujuannya cuma dihafalkan saja, 3 tahun cukup lah.

Tapi kenapa sampai 23 tahun, karena isi dan konten Al-Quran itu yang justru penting. Bukan berarti hafal Quran tidak penting, tapi yang perlu dilakukan adalah keseimbangan. Seimbang antara hafal Quran dan paham hukumnya.

Hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Quran (dan juga hadits), dipelajari dalam sebuah judul ilmu tersendiri yaitu ILMU FIQIH.

Justru anehnya, sekarang bermunculan sekian banyak pesantren tahfiz Quran, tapi anehnya mereka malah tidak mengajarkan ilmu fiqih. Sebagiannya mengaku karena tidak ada ustadz yang mengerti ilmu fiqih. Sebagian lagi justru sengaja memerangi ilmu fiqih.

Hasilnya, lahir generasi yang hafal Quran, tapi tidak menjalankan syariat Islam. Generasi Qurani tapi jahil syariah.

Sambil merenung, yuk kita seruput teh manis panas plus ketan kelapa yang lezat.

Penulis: Ahmad Sarwat, Lc.MA

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *