Wasiat yang Dirahasiakan Benny Moerdani, Gus Dur, dan Mbah Liem

Wasiat yang Dirahasiakan Benny Moerdani, Gus Dur, dan Mbah Liem

Wasiat yang Dirahasiakan Benny Moerdani, Gus Dur, dan Mbah Liem

Namanya Jendral Benny Moerdani. Ia pernah menjabat sebagai panglima ABRI tahun 1983 s/d 1988 dan menjabat menteri pertahanan dan keamanan tahun 1988 s/d 1993. Agama yang tercantum di KTP-nya adalah Katholik.

Presiden Soeharto begitu memercayainya. Sampai-sampai keselamatan keluarga inti presiden diserahkan penuh kepadanya. Bahkan ketika keluarga Pak Harto pergi haji, Benny Moerdani, yang non Muslim, diajak serta ke Tanah Haram untuk menjaga dan memastikan keamanan keluarga presiden selama melaksanakan haji.

Benny Moerdani dibenci kalangan Islam karena dianggap memusuhi Islam. Terlebih setelah peristiwa Tanjung Priuk, dimana sang jendral dianggap sebagai salah satu dalang utamanya.

Namun Gus Dur, ketua umum PBNU kala itu, justru mengajak Benny berkeliling ke pesantren-pesantren besar NU. Ada banyak analisa kenapa Gus Dur mendekati Benny. Di antaranya adalah memanfaatkannya. Tentu saja keduanya saling memanfaatkan.

Saat para kiai mempertanyakan kepada Gus Dur kenapa mendekati Benny, dengan ringan Gus Dur menjawab, “Sedikit lagi Benny akan masuk Islam dengan membaca syahadat.” Ya iyalah Gus, syarat masuk Islam kan memang hanya sedikit, cuma membaca syahadat.

Tahun 1987, NU mengadakan pertemuan ulama yang dinamai dengan ‘Silaturahmi Ulama-Ulama NU se-Jawa’ di Pesantren Al-Muayyad, Mangkuyudan, Surakarta. Para pengurus syuriyah dan tanfidziyan PBNU hadir di sana, termasuk Rais ‘Aam KH. Achmad Shiddiq. Dalam acara ini, Benny Moerdani juga diundang.

Saat akan naik ke panggung, KH. Acmad Shiddiq berbisik ke Gus Dur menyinggung sang jendral sambil terkekeh, “Kerbau kalau sudah dicokok hidungnya, pasti jadi nurut.”

Dalam acara ini, KH. Muslim Rifa’i Imampura juga hadir. Di tengah-tengah acara, Mbah Liem mengalungkan surban ke Benny Moerdani, sambil berucap keras khas Mbah Liem, “Balik kandang! Cepu Lorong Sembilan!”

Sontak Benny Moerdani kaget mendengar ucapan Mbah Lim. Belum reda kagetnya sang jendral, Mbah Liem sudah melanjutkan ucapannya, “Anda panglima, tapi saya intelnya Gusti Allah!”

Jendral Benny memang lahir di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Semua orang sudah tahu itu. Tapi apa itu Lorong Sembilan? Lorong Sembilan adalah nama daerah di Cepu. Menurut beberapa riwayat, Benny kecil beragama Islam. Lalu ia tinggal bersama bude atau buliknya yang beragama Katholik. Nah, menurut riwayat tersebut, di Lorong Sembilan inilah, tempat bude/buliknya, Benny tumbuh dan berpindah agama menjadi Katholik.

Mungkin saja maksud dari ucapan Mbah Liem ‘Balik kandang! Cepu Lorong Sembilan!’ adalah agar Benny kembali ke asalnya, yaitu beragama Islam.

Di akhir hayatnya, Benny Moerdani berwasiat tentang kematiannya kepada salah satu teman dekatnya. Isi wasiat itu, kelak ketika ia meninggal agar diperlakukan sebagaimana orang Islam, seperti dimandikan, dikafani, dishalati, bahkan dibacakan Yasin. Akhirnya wasiat ini dipenuhi. Namun karena keluarganya beragama Katholik, dan ia sendiri dalam KTP-nya beragama Katholik, akhirnya kafan yang sudah dibungkuskan ke jenazahnya diganti dengan uba rampi agama Katholik. Dan Benny Moerdani pun dimakamkan di TMP Kalibata secara Katholik.

Kalau ‘bacaan’ Gus Dur dan Mbah Liem ini benar, maka sebenarnya Islam adalah agama pertama dan terakhir sang jendral. Wallahu a’lam.

Penulis: KH Ahmad Karsono Kasani, Pengajar di Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, Klaten, Jawa Tengah.

Keterangan foto: Rais ‘Aam NU, KH. Achmad Shiddiq, dikawal oleh Mbah Lim dan seorang kiai lainnya, dalam pertemuan Silaturahmi Ulama-Ulama NU se-Jawa di Pesantren Al-Muayyad, Surakarta, tahun 1987.

Demikian ulasan khusu terkait Kisah Wasiat yang Dirahasiakan Benny Moerdani, Gus Dur, dan Mbah Liem. Semoga bermanfaat.

mbah siddiq dan mbah liem

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *