Viral Foto Avatar Haram, Berikut Tanggapan Kiai NU
Foto Avatar Haram???
Belajar Ilmu Ushul Fiqh Dasar Dari Foto Avatar Bagi Salafi
«ﺇﻥ ﺃﺷﺪ اﻟﻨﺎﺱ ﻋﺬاﺑﺎ ﻋﻨﺪ اﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ اﻟﻤﺼﻮﺭﻭﻥ»
ﺳ : ﻫﻞ اﻟﺘﺼﻮﻳﺮ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻴﺮا ﺣﺮاﻡ ﺃﻡ ﻻ ﺷﻲء ﻋﻠﻰ ﻓﺎﻋﻠﻪ؟
ﺟ : ﻧﻌﻢ، ﺗﺼﻮﻳﺮ ﺫﻭاﺕ اﻷﺭﻭاﺡ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻴﺮا ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﺣﺮاﻡ
Jawab: Ya betul. Menggambar objek yang bernyawa dengan kamera dan lainnya adalah haram (Lajnah Fatawa 1/671).
Jadi keharaman mengambil gambar menurut fatwa ini bukan cuma Avatar, tapi akhi ukhti Salafi yang cekrak-cekrek habis Daurah juga haram semua. Jangan dipilah-pilah haramnya.
اﻟﻘﺴﻢ اﻟﺜﺎﻧﻲ: ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺗﺼﻮﻳﺮ ﺫﻭاﺕ اﻷﺭﻭاﺡ ﺑﻐﻴﺮ اﻟﻴﺪ، ﻣﺜﻞ اﻟﺘﺼﻮﻳﺮ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻴﺮا اﻟﺘﻲ ﺗﻨﻘﻞ اﻟﺼﻮﺭﺓ اﻟﺘﻲ ﺧﻠﻘﻬﺎ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻫﻲ ﻋﻠﻴﻪ، ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻠﻤﺼﻮﺭ ﻋﻤﻞ ﻓﻲ ﺗﺨﻄﻴﻄﻬﺎ ﺳﻮﻯ ﺗﺤﺮﻳﻚ اﻵﻟﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﻨﻄﺒﻊ ﺑﻬﺎ اﻟﺼﻮﺭﺓ ﻋﻠﻰ اﻟﻮﺭﻗﺔ،
ﻓﻬﺬا ﻣﺤﻞ ﻧﻈﺮ ﻭاﺟﺘﻬﺎﺩ؛ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻌﺮﻭﻓﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻋﻬﺪ اﻟﺨﻠﻔﺎء اﻟﺮاﺷﺪﻳﻦ ﻭاﻟﺴﻠﻒ اﻟﺼﺎﻟﺢ
ﻭﻣﻦ ﺛﻢ اﺧﺘﻠﻒ ﻓﻴﻪ اﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ: ﻓﻤﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻣﻨﻌﻪ ﻭﺟﻌﻠﻪ ﺩاﺧﻼ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﻬﻰ ﻋﻨﻪ ﻧﻈﺮا ﻟﻌﻤﻮﻡ اﻟﻠﻔﻆ ﻟﻪ ﻋﺮﻓﺎ
ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﺣﻠﻪ ﻧﻈﺮا ﻟﻠﻤﻌﻨﻰ، ﻓﺈﻥ اﻟﺘﺼﻮﻳﺮ ﺑﺎﻟﻜﺎﻣﻴﺮا ﻟﻢ ﻳﺤﺼﻞ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ اﻟﻤﺼﻮﺭ ﺃﻱ ﻋﻤﻞ ﻳﺸﺎﺑﻪ ﺑﻪ ﺧﻠﻖ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ, ﻭﺇﻧﻤﺎ اﻧﻄﺒﻊ ﺑﺎﻟﺼﻮﺭﺓ ﺧﻠﻖ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ اﻟﺼﻔﺔ اﻟﺘﻲ ﺧﻠﻘﻪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻴﻬﺎ
Sebagian ulama lainnya menghukumi halal (boleh) dengan meninjau alasannya. Sebab gambar hasil dari kamera tidak melibatkan pemotret sama sekali yang menyamai penciptaan Allah. Kamera hanya memindah gambar secara otomatis dari ciptaan Allah ke bentuk yang sama dengan ciptaan Allah tersebut (Majmu’ Fatawa wa Rasail 3/265).
Sekali lagi, saya ulang berkali-kali bahwa saat ini kita sedang berhadapan dengan oknum Salafi yang miskin bacaan. Ustaznya mengatakan Haram hanya berdasarkan 1 pendapat ulama mereka, langsung Taklid dan dianggap kebenaran absolut tak tertandingi. Padahal jika kita teliti Fatwa dari ulama internal mereka sendiri ternyata ada yang membolehkan.
Kalau soal hukum foto dari ulama Syafi’iyah sudah tuntas dibahas dan diperbolehkan dalam kitab Tarsyih Al-Mustafidin dan Tafsir Ayat Al-Ahkam.
Demikian uraian khusus Viral Foto Avatar Haram. Semoga bermanfaat.
Sumber : KH. Ma’ruf Khozin