Tradisi Nyekar

makam gus dur

Nyekar dikenal sebagai tradisi menabur kembang segar di atas kubur. Berasal dari bahasa Jawa, “Sekar” yang berarti kembang atau bunga, yang memang menjadi tradisi masyarakat Islami di Indonesia (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah).

Dinisbahkan dari perbuatan Baginda Nabi yang menaruh pelepah daun kurma di atas makam, jalur sanadnya shahih : “Rasulullah lalu mengambil dua pelapah kurma, diletakkan di atas kubur dua lelaki tadi. Kami kembali bertanya Apa gunanya ya Rasul? Beliau menjawab :
لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Semoga keduanya diringankan siksaannya, selama kedua pelepah ini belum kering.” (HR Bukhari, no. 216 dan Muslim, no. 292). Dijelaskan pula dalam kitab I’anatuth Thalibin Juz II hlm 119.

Nyekar sebetulnya tidak terikat waktu kapan pelaksanaannya, namun lebih sering dijumpai, nyekar dilakukan sekitar seminggu sebelum bulan Ramadhan tiba atau setelah lebaran, pada minggu pertama Syawwal. Tujuan utamanya adalah berziarah sebagai sarana “tadzkiratul akhirah” (mengingat akan adanya kehidupan akhirat), serta mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia.

Dalil berziarah jelas termaktub dalam hadits :
كُنْتُ نَهَيْتُكُم عَنْ زِيَارَةِ القُبُورِ, فَزُورُوهَا,ٍ فَإنَّهَا تُذَكِّرُكُم بالآخرة
“Dahulu aku telah melarangmu berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akhirat.” (HR Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Selamat Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan.

(Muhammad Alfatih Sukardi, alumnus Pesantren Al-Anwar Rembang)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *