Pada unggahan lalu, saya utarakan bahwa quran cetak batu mirip dengan tulis tangan. Terutama sekilas dari sampulnya, ukuran, kertas dan hiasannya. Lihat Quran Singapura 1864. Nah, ini adalah Quran Palembang versi tahun 1854.
Tidak seperti Quran Palembang cetakan 1848, yang lengkap tapi tanpa sampul, quran Palembang 1854 ini ditemukan tidak lengkap tapi ada sampulnya. Sampulnya saja keren bingit. Sampul seperti ini masih dipakai pada kitab-kitab cetakan pertengahan abad ke-20. Kebetulan di rumah ada beberapa kitab cetakan, punya Babe, yang sampulnya seperti mushaf kuno.
Sepintas penglihatan saya, kendati disalin, dan dicetak oleh orang yang sama tetapi ada beberapa perbedaan: informasi pada kolofon, jenis kertas, hiasan, doa khataman, dll. Diduga kuat Quran ini yang dibawa oleh Van de Wall ke Bataviaasche Genootschap Kunsten en Wetenschappen (BGKW)
Pada kolofon mushaf ini, nama penyalinnya, Ki Mas Haji Muhammad Azhari ditulis secara lengkap. Ada nama Mas Syahid pada akhir silsilah penyalinnya. Menurut beberapa sumber, nama Mas syahid adalah nama anak dari Sunan Kudus. Salah seorang dari keluarga pelarian politik Demak. Diduga, ia adalah arsitek keraton Plembang, yang kemudian berkembang menjadi Keraton Plembang Darussalam. (AM Suryanegara: 1995; Djohan Hanafiah: 1988)
Berikut kolofon yang ada pada mushaf Palembang cetakan 1854 yang ada di Cirebon.
“Telah selesai daripada menyurat Quran al-Adhim ini pada hari isnaini empat belas hari bulan dul qaqdah itungan (?) ahadiyah (?) daripada hijrah Nabi shallallahu alaihi wasallam seribu dua ratus tujuh puluh betul di dalam negeri Plembang kampong Pedatuan dengan Suratan fakih al-Haqir al-muktarif bidz-Dzambi wat-tafdhir (?) Kimas haji Muhammad Azhari ibnu Kimas haji Abdullah Ibnu Kimas Haji Ahmad Ibnu Kimas Haji Abdullah bin Mas Nurudin bin mas Syahid. Gafarallahuli wa lahum wa lijamii’il muslimin. Amiin.”
catatan: ada selisih 2 hari. susah-susah gampang ngerjainnya. ditengah aktifitas ramadan yang sok sibuk. butuh riset, walau kecil-kecilan. semoga manfaat.
(Penulis: Hakim Najib Syukrie, Lajnah Pentashih Al-Qur’an Kemenag RI)