STAISPA Kaji Tafsir Sunda Bersama Dr. Jajang A. Rohmana

tafsir sunda

Berita NU, BANGKITMEDIA.COM

SLEMAN- Rabu, 10 Oktober 2018 STAI Sunan Pandanaran Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta menyambut hangat hadirnya salah satu pakar tafsir Nusantara, yakni Dr. Jajang A. Rohmana, M.Ag. Beliau merupakan pakar Tafsir di Tatar Sunda. Salah satu yang digarisbawahi oleh Pak Jajang -sapaan akrab beliau- dalam kuliah umum yang disampaikannya adalah mengenai pentingnya aspek lokalitas sebagai kekayaan khazanah yang dimiliki tafsir Nusantara.

“Keberagaman merupakan bagian yang dimiliki oleh Indonesia. Dari keberagaman ini terdapat hal-hal unik yang dimiliki pada setiap lokal yang ada, semisal dalam segi bahasanya. Kalau di Sunda ada bahasa “mah” atau aksen huruf “p” pada saat pelafalan huruf “f”. Ini menjadi semacam bahasa rasa yang hanya bisa dirasakan dan diresapi oleh orang-orang yang mengerti bahasa Sunda. Ada juga beberapa kata yang memang tidak dapat ditransliterasi atau diterjemahkan ke dalam bahasa lain dan hanya dimiliki oleh bahasa lokal saka. Disinilah pentingnya memahami sense dari bahasa lokal.” Jelas Putra sunda kelahiran 09 Juni 1976 ini dalam Seminarnya di Ruang Auditorium Gedung Hijau STAI Sunan Pandanaran.

Beliau juga menjelaskan mengenai bahasa sebagai elemen dasar yang digunakan dalam penafsiran. Dari bahasa sebuah tafsir bisa terlihat bagaimana konstruksi sosial, konteks konflik, ataupun struktur masyarakat yang dibangun pada saat sebuah karya tafsir muncul.

“Lihatlah polemik yang terlihat dalam tafsir Malja’ at-Thalibin karya KH. Ahmad Sanusi. Karya ini begitu menggambarkan bagaimana konflik yang terjadi antara kaum tradisionalis (penafsir) dengan kaum modernis di Sunda pada saat itu.” Sedikit contoh yang Dr. Jajang sampaikan.

Dalam sambutannya, Jazilus Sakhok, Ph.D. selaku wakil ketua I bidang akademik, administrasi, dan kemahasiswaan STAISPA juga menyampaikan mengenai sense atau rasa yang dimiliki dalam sebuah bahasa lokal.

“Aspek kelokalan bahasa yang ada di Indonesia juga turut membentuk perilaku dan bagaimana cara pandang dari sebuah wilayah. Penggunaan bahasa lokal turut menjadi faktor pembentuk kehalusan karakter dan budi yang ada pada wilayah tersebut.” Jelas Pakar Sejarah Islam di Indonesia tersebut.

Kuliah Umum yang diadakan di ruang auditorium gedung hijau STAI Sunan Pandanaran ini merupakan kegiatan yang terselenggara atas kerjasama dari beberapa pihak. Yakni prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) STAISPA, HMP IAT STAISPA, dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) STAI Sunan Pandanaran. [Miftah]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *