Sahabat Nabi Dijamin Masuk Surga yang Gugur dalam Perang Jamal
Rasulullah SAW bersabda: “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Usman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. At-Tirmidzi).
Dari 10 sahabat yang di”jamin masuk syurga” salah satunya Thalhah bin Ubaidillah RA. Dia punya istri bernama Ummu Kultsum binti Abu Bakar Shiddiq (Saudari Sayyidah Aisyah), yang berarti Thalhah merupakan menantu dari Abu Bakar. Dari Ummu Kultsum memiliki tiga putra bernama Ya’qub, Isma’il, dan Ishaq.
“Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi sesudah mengalami kematiannya, lihatlah Thalhah!” Itu adalah ucapan Rasulullah saat perang Uhud terjadi.
Thalhah dikenal sebagai orang yang jujur dan teguh pendirian. Sejak awal keislamannya, ia juga tak pernah ingkar janji dan dermawan. Pernah dia membawa pulang keuntungan dagang sebesar 700.000 dirham. Entah kenapa malamnya Thalhah gelisah, risau dan merasa tidak tenang. Istrinya sampai kebingungan melihatnya.
“Mengapa engkau gelisah, apa aku telah melakukan kesalahan padamu?”
“Tidak. Engkau tak melakukan kesalahan apapun, tapi memang ada yang mengganggu pikiranku. Pikiran seorang hamba yang tak tenang ingin memejamkan mata sedang ada harta bertumpuk di rumahnya.”
“Mengapa engkau sampai risau seperti itu. bukankah banyak yang membutuhkan pertolonganmu. Besok pagi engkau bagikan saja uang itu kepada orang yang membutuhkan.
“Semoga Allah merahmatimu. Sungguh engkau wanita yang mendapat taufik Allah,“ sahut Thalhah bahagia.
Keesokan harinya, ketika acara pembagian harta kepada kaum Muhajirin dan Anshar hampir selesai, Ummu Kutsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq mendatangi suaminya, mengingatkan sang suami agar menahan beberapa uang untuk keperluan dirinya sendiri dan keluarganya. Ternyata, Thalhah hampir saja melupakan bagian untuk istri dan anaknya. Akhirnya ia memberikan harta yang tersisa pada istrinya. Ummu Kutsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq bercerita, “Ternyata yang tersisa adalah sebuah kantung yang berisi uang sekitar 1000 dirham.”
Seribu dirham adalah senilai dengan 100 dinar, yaitu sekitar 500 gram emas. Pantas jika Rasulullah memberinya gelar Thalhah Al Jaud (Thalhah yang pemurah) dan Thalhah Al Fayyadh (Thalhah yang dermawan).
Thalhah syahid pada usia 64 tahun (usia riwayat yang masyhur) dalam peristiwa perang Jamal karena luka yang cukup dalam di kakinya (Terkena panah di bekas luka yang blm sembuh).
Perang Jamal (perang saudara sebab fitnah Abdulah bin Saba) terjadi di Bashrah (iraq) pada hari Jumat tanggal 10 Jumadits Tsaniyah tahun 36 H. Di sanalah Thalhah terbunuh ketika berusaha “melerai” pertempuran antara pasukan Ali ra dan pihak Sayyidah Aisyah ra , ia terkena oleh panah yang tidak diketahui asalnya dan membunuhnya.”
Ibnu Katsir ber-pendapat, “Ada pun Thalhah, dalam pertempuran itu ia terkena oleh panah yang tidak diketahui asalnya, perang terjadi selepas dhur sampai menjelang matahari tenggelam”.
Setelah perang usai, Ali berjalan mengitari para korban yang tergeletak di medan tempur. Ia mendoakan rahmat Allah bagi orang² shalih yang dikenalnya, dia juga menshalatkan korban dari kedua belah pihak, dan ia berharap telah wafat dua puluh tahun sebelum hari itu hingga tidak perlu menyaksikan tumpahnya darah kaum muslimin.
Amirul Mukminin Ali sangat terpukul ketika melihat Thalhah dan putranya Muhammad As-Sajjad (ahli ibadah) tewas, dan itu sangat berat baginya. Ia hanya bisa mengadukan kedudukannya kepada Allah, tangis tak henti hentinya mengalir dari kedua matanya, lalu ia memberikan kabar gembira berupa neraka kepada pembunuh Thalhah.
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Hakim, dan Ibnu Asakir, dari Thalhah bin Musharrif, bahwasanya Ali sampai di tempat Thalhah setelah ia terbunuh, maka ia turun dari tunggangannya dan mendudukkan nya. Ia mengusap debu dari wajahnya dan jenggotnya, dengan mendoakan rahmat Allah untuknya, dan ia berkata, “Andai saja aku telah meninggal dua puluh tahun sebelum terjadinya hari ini.”
Sahabat Nabi Dijamin Masuk. Ketika Thalhah wafat, orang-orang menguburkannya di tepi Kalla’. Khalla’ adalah tempat dimana kapal-kapal berlabuh, yaitu tepian sungai, dan yang dikenal dengan nama dermaga.
Sa’id bin Amir Adh-Dhuba’I meriwayatkan dari Al Mutsanna bin Sa’id berkata : “Seseorang mendatangi Aisyah binti Thalhah (anak Thalhah) dan berkata, “Aku bermimpi bertemu dengan Thalhah dan ia berkata, “Katakanlah kepada Aisyah agar ia memindahkanku dari tempat ini, sesungguhnya rembesan lumpurnya menggangguku.”
Maka Aisyah segera berangkat dengan para pembantunya, mereka membuatkan tempat baru untuknya, dan kemudian mengeluarkannya. Ia berkata, “Tidak ada yang berubah darinya selain beberapa helai rambut dari salah satu sisi jenggotnya, atau ia mengatakan, “Kepalanya.” Dan itu terjadi setelah lebih dari tiga puluh tahun!”
من سره أن ينظر إلى رجل يمْشي على الارض وقد قضٰى نحبه فلينظر الى طلحة.
“Barangsiapa ingin melihat kepada soerang lelaki yang masih berjalan di bumi sedang mati syahidnya sungguh telah ditentukan, maka hendaklah dia melihat kepada Thalhah.” (HR Ibnu Majjah, At-Turmudzi).
Hadits ini mengisyaratkan apa yang telah difirmankan Allah:
من المؤمنين رجال صدقوا ما عاهدوا الله عليه فمنْهمْ من قضى نحبه ومنهم من ينتظر وما بدلوا تبديلا
( اﻷهزب : ٢٣)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab 23). (Ibnu Katsir, Bidayah wan Nihayah). وااله اعلم
Demikian Sahabat Nabi Dijamin Masuk Surga yang Gugur dalam Perang Jamal.
Penulis: Musa Muhammad.
Artikel terkait baca di sini
Tonton juga video unik tentang hikmah kehidupan. Tonton di sini