Rais Aam PBNU: Saya Yakin, NU Tidak Akan Bubar Sampai Hari Kiamat!

Kita ini sekarang hidup di tengah-tengah fitnah. Kita sudah pada situasi darurat aswaja, darurat sami’na waatho’na, darurat berita-berita hoax, darurat radikalisme, dan beberapa darurat yang lain yang menjadi tugas semua jajaran pengurus NU untuk bisa membina masyarakat jaman ini.

Memang dari para muassis, sesepuh-sesepuh, dakwah Nahdlatul Ulama adalah selalu membina. Tapi kalau memang mereka dibina sudah tidak bisa ya bisa dibinasakan. Jadi kalau tidak bisa dibina ya bisa dibinasakan. Oleh karena itu saat ini saatnya kita menghadapi muktamar yang akan datang sebagai titik terdekat untuk masuk pada satu abad. Islam sendiri setiap satu abad Allah membangkitkan para mujaddid-mujaddid, para pembaharu-pembaharu yang jadi penyegar kembali ahkam furu’iyyah yang sudah mulai keropos, mulai banyak ditinggal, agar disegarkan kembali Ahkam ijtihadiyyah furu’iyyah.

Saat ini adalah sebuah kesempatan dan nikmat yang besar. Kita bisa bertemu berkumpul di Pondok Pesantren Al Muhajirin 2 dibawah pimpinan Al Mukarrom Dr. KH. Abunyamin dan semua keluarga besar Pondok Pesantren Al muahjirin 2.

Saya masuk ke sini penuh tanda tanya. Ini muktamar apa rapat pleno Nahdlatul Ulama. Suasana sudah mirip-mirip muktamar. Tapi kami kira cukuplah suasana muktamar didapatkan disini. Untuk muktamarnya kita perlu memperhatikan daerah-daerah yang masih membutuhkan penyapaan-penyapaan. Pimpinan-pimpinan kita dulu itu sangat memperhatikan suatu daerah atau wilayah yang memang memerlukan untuk disapa. Adapun yang sudah jelas, ya sudah jelas. Tapi masih ada muktamar-muktamar yang akan datang. Semoga kita diberikan umur panjang. Aamiin.

Oleh karena itu, menghadapi darurat-darurat semacam ini kita gunakan sidang pleno ini untuk melahirkan setiap satu abad, suatu pembaharuan. Islam agama Allah. Sedangkan organisasi kita hasil ijtihad kader terbaik bangsa. Katakanlah NU itu lahir dalam SK atau dengan SK para auliya’, maka tentu setiap menghadapi satu abad akan ada kegoncangan-kegoncangan, akan ada erosi pemahaman, menipisnya pemahaman terhadap makna Nahdlatil Ulama.

Ini kewajiban kita untuk mengembalikan, untuk menghadapi satu abad sekaligus persiapan masuk ke abad yang ke dua. Sungguh kita menjadi hamba yang penuh anugrah diberikan kesempatan untuk menggagas, mempersiapkan, memperkuat dan menyelamatkan organisasi, yang saya yakin NU tidak akan bubar ila yaumil qiyamah.

Saya yakin itu. Tapi saat ini terjadi suasana menipisnya pemahaman terhadap NU. Jangan sampai menjadi maknanan empuk bagi orang lain kalau kita tidak mempersiapkan. Kalau di luar sana kita sudah mengenal ada dunia industri 4.0, NU juga mempersiapkan kiranya kalau itu mau dibahas juga 4.0 ala Nahdlatil Ulama’.

Yang pertama adalah grand idea, bagaimana visi dan misi dari Nahdlatul Ulama kita pertegas kembali, kita segarkan kembali.

Lalu yang kedua adalah mengkonsep kembali yang pinggir-pinggir bukan yang pokok-pokok.

Kalau yang pokok-pokok sudah bagus, NU itu dikenal dengan ajarannya yang bagus. Makanya sekarang menjadi keinginan dunia untuk menyapa NU bahkan mengenal NU dan ingin mempelajari apa sebenarnya ajaran yang ada di Nahdlatil Ulama’ ini. Perlu mendisain ulang, tentu ini bukan yang pokok. Yang untuk kekinian yang mungkin sudah mulai kita bisa mengikuti orang lain, tapi ya tetap perlu ada desain ulang.

Kita sebut bagaimana grand design ini kesempatan, bagaimana mendesain ulang ini dengan kekayaan umat yang demikian besar. NU ini sebuah kekuatan luar biasa, energi yang luar biasa. Kalau kita mau menggunakan, akan lahir energi-energi dan kekuatan yang luar biasa. Kalau kita membiasakan hal yang tidak biasa, maka Allah akan menganugerahkan hal yang tidak biasa juga. Itu kekuatan minhaitsu la yahtasib.

Yang ketiga adalah grand control.

Kita sudah punya banyak kader terutama nanti penyusunan kabinet ini, kita ndak pernah minta, saya bertemu dengan presiden tidak minta, cuma tanya saya soal itu. Karena semua sudah mengakui kontribusi Nahdlatul Ulama. Soal jabatan, selama ini kita menyerahkan orang lain, ya sudah monggo ambil. Kita dikenal sebagai organisasi yang sangat ikhlas yang tidak pada tempatnya. Ternyata kekuatan-kekuatan itu digunakan untuk memukul balik kita, digunakan untuk menyerang kita, makanya banyak orang datang yang cukup cerdas kepada saya.

Kiai kita memang tidak mengajarkan meminta jabatan. NU tidak pernah minta jabatan. Tapi saya menyatakan pada mereka-mereka itu yang suka mengolok-olok NU dari jabatan, minta jabatan. Kita memang tidak minta jabatan tapi kami akan merampas kembali jabatan itu.

Karena ternyata setelah engkau dapatkan melalui kelonggaran hadiah dari kami kau gunakanakan untuk hak yang tidak sebenarnya. Malah memukul balik kami.

Saatnya kita ini bisa mendisain ulang dan menyiapkan grand strategi.

Keluarga yang besar itu jangan hanya melihat di gedung PBNU, di luar itu banyak anggota kita yang luar biasa. Kecerdasannya, ketangkasannya, ketangguhannya. Selama ini kita disepelekan oleh orang lain. Bagaimana kita bisa memanage ini, bisa strateginya bagaimana, setelah itu bagaimana kita bisa mendistribusikannya di semua tempat.

Ini demi menyelamatkan aswaja bukan kepentingan pribadi-pribadi. Karena NU dilahirkan untuk menyelamatkan umat bangsa bukan menyelamatkan pribadi-pribadi. Kita sudah memiliki kemampuan untuk mendistribusikan kader-kader yang terbaik, lalu dibuat juga grand controlnya bagaimana. Karena selama ini kita tidak kontrol begitu kita titipkan, begitu kita arahkan, begitu kita bagi-bagikan ternyata di sana mereka lupa rumah.

Kita bawa, kita antarkan sampai ke tempat yang mulia, tapi ketika dia dapatkan dia lupa tidak pernah pulang-pulang. Pulangnya kalau mendapatkan masalah di tempat sana. Makanya itu ada kontrol, bagaimana kontrol itu terus melekat. Sehingga yang ada di sini, di PBNU, bisa dirasakan yang ada di beberapa lembaga-lembaga.

Insyaallah bukan karena kepentingan pribadi, karena semua itu kepentingan bangsa dan umat.

Siapa yang membela NKRI, siapa yang selama ini memerangi radikalisme?

Saat ini banyak lembaga sudah banyak terpapar radikalisme. Kita harus kerja keras. Lima tahun ini kerja keras bagaimana bisa mengembalikan faham mereka menjadi faham yang idealis, faham yang seimbang washatiyah atau washato, itulah harapan kita.

Selain itu, saya perlu membacakan beberapa keputusan daripada rapat syuriah kemarin. Saya hanya membacakan keputusan rapat syuriah. Ada lima usulan di hasil rapat syuriah, tolong nanti dipelajari dengan baik kalau memang kurang bagus bisa diperbaiki kalau berani.

Lima usulan rekomendasi syuriah PBNU:

1. Salah satu langkah pembibitan kaderisasi bagi generasi muda NU yang telah dilakukan PBNU adalah pengurusan beasiswa baik dalam negeri maupun luar negeri diperlukan pikiran dan energi prima untuk menjaga keberlangsungannya, karenanya syuriah PBNU merekomendasikan untuk membuat badan khusus yang menangani beasiswa.

2. Istilah AHWA yang merupakan singkatan dari ahlul halli wal aqdi dikesankan oleh pihak luar NU dengan ahwa dengan huruf kha’ sehingga berkonotasi negatif. Karena itu maka syuriah PBNU memandang perlu mengusulkan untuk mengganti dengan istilah “Ahli Halwa” sebagai singkatan ahlul halli wal aqdi. Ini hasil keputusan syuriah.

3. Muktamar ke 34 NU akan dilaksanakan pada tahun 2020, maka PBNU harus mulai menentukan berbagai langkah untuk menyaring calon-calon ahlul halli wal aqdi. Yang dianggap memiliki kapabilitas dan kredibilitas mumpuni dengan melibatkan mustasyar, seperti membuat list nama-nama yang dianggap pantas untuk menjadi ahlul halli wal aqdi dan membuat panduan yang baik kepada seluruh PCNU agar terhindar dari kesan politis serta menghalang-halangi keinginan pihak tertentu. Ini bukan hanhya PCNU tetapi juga PWNU juga.

4. Pemilihan ketua PBNU harus melalui jalur ahlul halli wal aqdi. Sebagaimana pemilihan rois aam PBNU. Hal ini sebagaimana telah dipustuskan dalam munas alim ulama Nahdlatul Umala Nomor 3736/AII0306-2015 tentang mekanisme pemilihan kepemimpinan Nahdlatil Ulama ini hasil musyawarah rapat syuriah.

5. Muktamar ke-34 NU diharapkan dapat mengangkat isu-isu berskala nasional dan internasional seperti isu masuknya kelompok ekstrim di tubuh BUMN, peredaran narkoba, yang sudah akut. Keterlibatan NU dalam label halal, konsep washatiyah dalam pandangan Nahdlatil Ulama dan lain sebagainya.

Jakarta 20 Muharrom 1441 H / 20 September 2019 M. Atas nama saya sendiri KH. Miftahul Akhyar dan Katib Aam KH. Yahya Cholil Tsaquf. (Yayan/Bangkitmedia.com)

*Sambutan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dalam acara Rapat Pleno PBNU, 20 September 2019 di Pesantren Al-Muhajirin 2 Purwakarta Jawa Barat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *