Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
SLEMAN-Radikalisme terus berupaya menggerogoti NKRI. Berbagai cara mereka lakukan untuk menyebarkan ideologi tersebut. Termasuk di jagad maya, infiltrasi radikalisme terus dihembuskan. Kaum radikal tidak henti-hentinya memproduksi konten-konten provokatif dengan berbagai macam tujuan. Grand design-nya adalah menguasai negara dan membangun negara baru versi mereka.
Demikian ditegaskan oleh Fatkhul Anas, pimpinan redaksi bangkitmedia.com dalam sesi kajian aswaja di Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Minggu (15/4). Diskusi dengan tema “Kajian Aswaja dalam Bingkai NKRI : Generasi Millenia & Inkubasi Radikalisme Berbasis Masjid” tersebut, diselenggarakan oleh Lembaga Takmir Masjid (LTM) PWNU DIY bekerjasama dengan Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakakarta.
Dalam pemaparan Anas, radikalisme di dunia maya banyak menyasar generasi milenial. Hal ini tidak lepas karena pembaca internet didominasi oleh generasi usia 19 – 34 tahun yang mencapai 49,25 persen. Di sisi lain, website-website yang berisi konten-konten radikal reting pembacanya tinggi dan menempati halaman pertama di google.
“Website radikal pembacanya satu bulan bisa mencapai 6 sampai 8 juta. Seandainya ada 100 orang saja yang terpengaruh oleh konten radikal tersebut, lalu mereka merebut masjid-masjid NU, maka bisa dibayangkan betapa bahayanya gerakan tersebut. Saat ini saja masjid-masjid kita banyak jadi rebutan,” lanjut Anas.
Untuk itu, Anas berharap agar masjid-masjid NU bisa menjadi basis penangkal radikalisme. Disamping bergerak di jalur darat, masjid-masjid NU juga harus mampu menggerakkan generasi milenial agar turut menguasai jagad maya. Konten-konten keislaman ala aswaja an-nahdliyyah harus diperbanyak dan disebarkan lewat jejaring dunia maya seluas-luasnya.
Gerakan untuk penguatan masjid juga ditegaskan oleh M. Adi Nugroho, MT, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adi menekankan pentingnya pendataan masjid. Data tersebut meliputi jumlah jamaah, aset masjid, kegiatan masjid, dan data lainnya. Pendataan ini penting agar takmir mengetahui potensi masjidnya sehingga bisa dikembangkan kemakmurannya. Dan ketika masjid NU mulai ada gejala diperebutkan, maka bisa diketahui melalui data perkembangan jamaah.
“Saya mengenalkan aplikasi SIMAMAD (Sistem Manajemen Masjid). Di dalamya terangkum pendataan masjid mulai dari jumlah jamaah, kegiatan, jumlah kas, dan lain-lain. Monggo kalau LTM NU ingin join dengan kami, saya persilakan. Nanti kita buatkan kode-kodenya untuk memasukkan nama-nama masjid milik NU. Kalau membuat sendiri cost-nya mahal. Maka saya tawarkan untuk bergabung dengan sistem kami di UIN,” tutur Adi. Berita Islam Terkini (Hadi)