Prof Dawam, Mbah Guru PAR di PTKI Indonesia

prof dawam

Mahrus El-Mawa, Kemenag RI

Tahun 2012 di Cigugur Kuningan, ISIF dan Kemenag RI mengadakan Short Course Participatory Action Research (PAR). Salah seorang narasumbernya, Bapak Dawam Rahardjo, intelektual muslim Indonesia, aktivis ICMI, penulis tetap rubrik tema-tema Al-Quran di jurnal Ulumul Quran, satu-satunya jurnal otoritatif keislaman pada masanya. Kehadirannya karena kedekatan guru-murid dari Mas Ahmad Mahmudi yang saat itu menjadi fasilitator ahli dalam PAR tersebut.

Kini pak Dawam sudah tiada, sudah dipanggil sang empunya hidup ini. Selamat jalan Pak Dawam. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, Kamipun hanya menunggu giliran, kapan dipanggil sang Kuasa.

Saya lebih mengenal pak Dawam secara personal dan intelektual dari Mas Mahmudi dan kawan-kawan Lptp Solo, salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat yang didirikan Pak Dawam di Karanganyar Sukoharjo. Saya mendengarkan dengan saksama bila Mas Ahmad Mahmudi bercerita tentang bagaimana Pak Dawam memberikan pendidikan dan pelatihan metodologi penelitian pada mas Mahmudi dkk. Ada interaksi intens dan intim antara guru dan murid. Mas Mahmudi merasa sebagai murid Pak Dawam yang harus melanjutkan gagasan-gagasan besarnya di Lptp Solo.

Mas Ahmad Mahmudi sendiri, sejak tahun 2004 menjadi salah seorang narasumber tetap di Direktorat Diktis hingga saat ini di subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Dit. PTKI. Melihat relasi intelektual demikian, berarti Pak Dawam adalah Mbah Guru PAR di PTKIN. Sebab, Mas Ahmad Mahmudi belajar tentang PAR bermula dari Pak Dawam Rahardjo.

Kasus Kedungombo era Orde Baru adalah garapan pertama Mas Mahmudi memulai penerapan PAR saat itu di bawah bimbingan Pak Dawam, Pak Adi Sasono, dkk.

Saya sendiri, kenal dengan Pak Dawam karena membaca tulisan-tulisannya di Jurnal Ulumul Quran, Prisma, dan beberapa tulisan lain yang telah dibukukan. Ternyata, setelah saya kenal Mas Ahmad Mahmudi, Pak Dawam juga aktivis sosial dalam pemberdayaan masyarakat. Selamat jalan Pak Dawam, semoga Allah Swt. memberikan tempat sebaik-baiknya tempat untukmu. Lahul fatihah.

Bukit Tinggi, 31 Mei 2018

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *