Plat Mobil Kyai Asyhari dan Pesan Ngaji

Oleh : Fariz Amrullah

Setiap santri tentu memerlukan motivasi agar senantiasa konsisten dalam mengaji. Motivasi bagi santri seringkali diperoleh langsung dari Kyai/pengasuh pondok pesantren dimana santri itu ngangsu kaweruh ilmu.[1]

Berbicara mengenai motivasi mengaji, penulis memiliki pengalaman menarik yang barangkali bisa dijadikan ibrah bersama. Pengalaman tentang motivasi dalam mengaji ini diperoleh langsung dari Kyai Haji Asyhari Abta, pengasuh Pondok Pesantren Tegalsari sekaligus mustasyar PWNU DIY saat ini. Kiai Asyhari dulu juga pernah menjadi santri kepercayaan Simbah Kyai Ali Maksum, Krapyak.

Ceritanya, pada suatu petang usai menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Sardjito, Kyai meminta saya untuk menemani beliau. Dalam perjalanan menjalani rawat inap, saya pun ditemani seorang kawan bernama Albar Syafi’i, santri asal Wonosobo yang juga didawuhi[2] Romo Yai untuk nyupir.

Singkat cerita, saya dan kang Albar ini berjalan di belakang mengiringi Kyai Asyhari Abta menuju ke parkiran tempat mobil. Ketika sampai di dekat mobil, tepatnya di belakang mobil, Yai berhenti. Sejurus kemudian menunjukkan kepada saya dan kang Albar arah nomor polisi mobil beliau yang memang jarang kami cermati.

Iki woconen angkane[3], plat mobilku!” perintah beliau kepada kami. Kami berdua pun melongo, bingung membaca plat kendaraan mobil yang beliau maksud. Saya sendiri kurang bisa mencerna plat mobil beliau dengan nomor polisi AB 1993 IU. Masih dalam keadaan bingung, dengan maksud mencermati angka, Kyai Asyhari kemudian memberi penjelasan, “Kalau angkanya dibaca dari belakang, dengan bahasa Jawa yang penyebutannya disingkat, maka terangkai menjadi : lu, nga, nga, ji.”

Saya mencermati ulang angkanya dengan seksama, membacanya dari belakang sesuai apa yang diperintahkan Pak Kyai. Ya, jika diperhatikan secara seksama, plat nomor ini bisa menjadi dua buah kalimat yang utuh menjadi “Lunga Ngaji” yang dalam bahasa Indonesia bermakna “pergi mengaji”. Ini dilihat dari angkanya 1993 yang dibaca dari belakang (3991) dan dibaca dalam bahasa jawa yang disingkat. Jadilah kata lu dari kata telu (tiga), nga dari kata sanga (sembilan), nga dari kata sanga (sembilan), dan ji dari kata siji (satu).

Pak Kyai pun terkekeh melihat kebingungan kami. “Sudah paham maksudnya?” tanya beliau. Kami pun hanya bisa mengangguk-angguk dan ikut terkekeh.

Selang dari kejadian membaca plat mobil ini, saya pun memperoleh makna penting; “Kemana pun hendak pergi, niatkanlah mengaji atau mencari ilmu”. Ya, ilmu datang dari mana saja dan yang terpenting bagi saya selaku santrine Pak Kyai Asyhari Abta, pengalaman “mengaji dari plat mobil Kyai” ini menekankan kesadaran, bahwa mengaji adalah prioritas.

*) Penulis adalah santri dari KH. Asyhari Abta

___________________________________

[1] Mencari  ilmu

[2] Diminta

[3] Ini, baca angka nomor kendaraan mobil saya!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *