PAUD dan TK Sahabat, Menanamkan Karakter Melalui Praktek (I)

PAUD dan TK Sahabat, Menanamkan Karakter Melalui Praktek (I)

Suara riuh anak kecil menyambut kedatangan kami, tim redaksi majalah Bangkit. Beberapa langsung menghambur, menanyakan keperluan kami kesana. Setelah berbincang beberapa saat dengan Bunda Upik sebagai pengajar di PAUD dan TK Sahabat, kami langsung menuju ke rumah kepala sekolah yang berada tidak jauh dari gedung persekolahan. Setelah beberapa saat mengobrol ringan, akhirnya kami menyampaikan tujuan kami dalam kunjungan tersebut.

Netty Setiawati, A. Ma atau Bunda Netty, kepala sekolah PAUD dan TK Sahabat, memulai cerita mengenai keberadaan Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK) dengan penuh semangat. “Saya mulai mendirikan ini pas Sofi (anak pertama Bunda Netty) berumur tiga tahun, sekitar tahun 2011. Waktu itu saya memikirkan pendidikan untuk anak saya yang sudah mulai memasuki usia sekolah. Karena saya dahulu sebelum menikah pernah punya pengalaman mengajar TK di Bandung, akhirnya setelah berembuk dengan suami, kami memutuskan untuk mencoba mendirikan sekolah sendiri”, tutur Bunda Netty mengisahkan awal mula berdirinya KB dan TK Sahabat.

Niatan Bunda Netty tersebut mendapat sambutan positif dari salah seorang tokoh masyarakat Tlogowono. “Waktu itu kami masih bertempat tinggal di daerah Banguntapan, belum menempati rumah disini (Tlogowono). Pak Feri, salah seorang tokoh masyarakat di daerah Tlogowono ini mendukung penuh pendirian TK/PAUD disini”, ungkap Bunda Netty. Selain berperan besar dalam proses pendirian yayasan termasuk pembiayaannya, Feri juga menyediakan rumah pribadinya untuk proses pembelajaran. Pada waktu awal pendirian, peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran hanya empat orang, termasuk Sofi (anak pertama Bunda Netty).

Berjalan satu semester, perhatian masyarakat mulai didapat sehingga dibangunlah tempat pembelajaran di tanah wakaf sebelah selatan masjid setempat. Pada semester kedua, proses pembelajaran pindah ke bangunan tersebut, peserta didik bertambah menjadi 15 anak.

Identitas Sekolah

Untuk menaungi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, pada tahun 2011 didirikanlah sebuah lembaga dengan nama Yayasan Sahabat. Nama yang mengacu kepada nama sekolah dibawah naungannya, PAUD dan TK Sahabat. “Pemberian nama sekolah ini dari Pak Imam, suami saya. Katanya kalau di PMII itu panggilannya sahabat”, terang Bunda Netty merujuk kepada Dr. Imam Machali, MPd., Kaprodi MPI Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sewaktu masih menjadi mahasiswa memang dikenal sebagai aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Pemberian nama ini ternyata memberikan dampak positif bagi perkembangan proses sosial peserta didik. Karena sesama peserta didik memanggil satu sama lain dengan kata “sahabat”, suasana keakraban begitu terasa. “Saya kalau ada anak berkelahi misalnya, jarang bahkan hampir tidak pernah saya lerai. Supaya mereka belajar menyelesaikan permasalahan dengan tidak mengandalkan bantuan orang lain, termasuk orang tua atau gurunya. Asalkan tidak berbahaya, sampai adu jotos misalnya. Mungkin karena terbiasa menggunakan sapaan sahabat, suasana diantara mereka terjalin baik. Kalaupun ada yang berkelahi, sebatas kewajaran anak kecil”, lanjut Bunda Netty.

Kegiatan pembelajaran sudah sekitar lima tahun dilaksanakan. Pun demikian, sampai saat ini izin dari dinas terkait belum didapat. “Kami awalnya kan ikut ke dinas (Pendidikan dan Kebudayaan). Tapi, izinnya susah sekali kami dapatkan. Akhirnya, kemarin kami ikut ke kemenag. Sekarang sedang proses pengajuan. Konsekuensinya, mungkin nanti nama sekolahnya harus juga dirubah menjadi RA. Beberapa tahun yang lalu ketika peserta didiknya sedang banyak-banyaknya, kami pernah mengajukan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tetapi tidak ada respon”, ungkap Bunda Netty. (Wahid/Anas)

Demikian PAUD dan TK Sahabat, Menanamkan Karakter Melalui Praktek (I). Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *