Pati Kota Santri, Bukan Kota Karaoke

Pati Kota Santri, Bukan Kota Karaoke

Pati sejak dulu adalah daerah yang dihuni para kiai-kiai besar. Maka wajar jika lahir pesantren-pesantren di berbagai daerah di Pati, baik Utara, Selatan, Tengah, Barat, Dan Timur. Pesantren ini menjadi destinasi pendidikan santri dari berbagai daerah, dari Sabang sampai merauke.

Kiai-kiai besar lahir di Pati. Tokoh yang setiap tahun haulnya dibanjiri ribuan orang, seperti Syaikh Ahmad Mutamakkin, Syaikh Ronggokusumo, Syaikh Mizan, Syekh Jangkung, Dan Ki Ageng Ngerang. Disusul dengan KH Abdussalam, KH Mahfudh Salam, KH MA Sahal Mahfudh, KH Abdullah Zain Salam, KH Nawawi, KH Thohir Nawawi, KH Duri Nawawi, KH Muzammil Thohir, KH Muhammadun Abdul Hadi, KH Abdullah Munji, KH A Fayumi Munji, KH Ma’mun Muzayyin, KH Suyuthi Abdul Qadir, KH Salim Suyuthi, KH Muhammadun Pondowan, KH Sholeh Amin, KH Amin Sholeh, KH Bisri Syansuri, KH Ma’mun Mukhtar, KH Ali Fattah Ya’qub, KH Siradj, KH Baidlawi, Dan KH Hasyir.

Tidak hanya Pesantren. Madrasah berdiri dimana-mana. Bahkan Madrasah di Kabupaten Pati jumlahnya terbanyak se Jawa Tengah. Taman Pendidikan Al Qur’an, Madrasah Diniyah, Masjid Dan Mushalla berdiri di hampir seluruh penjuru negeri.

Maka wajar Dan layak jika Pati dikenal dengan Kota Santri dengan ribuan santri yang berdomisili di Pesantren dan alumni Pesantren yang menyebarluaskan ilmu di tengah masyarakat.

Kerikil

Namun akhir-akhir ini, fenomena berdirinya tempat karaoke dan prostitusi yang di dalamnya ada transaksi miras, narkoba, dan seks mencemari kesucian kota Pati. Di Pati Kota dan Juwana menjadi basis industri hiburan malam yang sangat mengkhawatirkan. Pemandu karaoke menurut sebuah sumber berubah menjadi pekerja seks komersial.

Realitas ini menyebabkan image negatif Kota Pati. Sebuah media cetak nasional menyebut Pati masuk peringkat 4 se-Jawa Tengah sebagai kota terbanyak orang yang terkena penyakit HIV-Aids yang disebabkan perilaku berganti-ganti pasangan.

Fenomena ini membutuhkan sinergi semua pihak. Pemerintah mulai eksekutif, legislatif, dan yudikatif, agamawan, Organisasi sosial ggama, media informasi, praktisi pendidikan, dan lembaga swadaya masyarakat untuk bersama melakukan gerakan edukatif dalam rangka internalisasi nilai Agama Dan budaya ketimuran. Selain itu, gerakan preventif dalam bentuk peraturan daerah aan penegakannya yang disiplin Harus dioptimalkan.

Masa depan Pati Harus diperjuangkan bersama-sama. Anak-anak muda harus diperkuat karakter, moral, dan pemahaman agamanya supaya punya pertahanan moral yang kuat berbasis agama dan ilmu. Mereka juga dipersiapkan dengan skills professional untuk menghadapi kompetisi ketat.

Kebenaran harus mengalahkan kebatilan tapi dengan syarat terorganisir dengan rapi, solid, dan profesional. Pati sebagai Kota Santri Harus dipertahankan dan ditingkatkan. Kerikil-kerikil kecil harus dihilangkan.

Refleksi Tahun Baru 2020

Penulis: Jamal Ma’mur, Pati.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *