Para Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

Ini Para Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

Para Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

Rasulullah SAW bersabda: “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Usman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. At-Tirmidzi).

Para Sahabat Nabi Dari 10 sahabat yang di”jamin masuk syurga” salah satunya Thalhah bin Ubaidillah ra. Beliau pernah menikah dengan tiga istri, “tidak dimadu secara sekaligus”:

Pertama, Hamnah binti Jahsy dari Hamnah mempunyai dua anak laki-laki bernama Muhammad dan Imrah. Ibu dari Hamnah binti Jahsy adalah Amimah binti Abdul Muthallib, yang artinya ia adalah sepupu dari Nabi Muhammad saw.

Kedua, Khaulah binti al Qa’qa’ yang melahirkan putra bernama Musa.

Ketiga, Ummu Kultsum binti Abu Bakar Shiddiq (Saudari Aisyah), yang berarti Thalhah merupakan menantu dari Abu Bakar. Dari Ummu Kultsum memiliki tiga putra bernama Ya’qub, Isma’il, dan Ishaq.

“Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi sesudah mengalami kematiannya, lihatlah Thalhah!”

Itu adalah ucapan Rasulullah saat perang Uhud terjadi. Saat itu pasukan Muslim telah terpecah pelah sehigga hanya tersisa beberapa orang di antara mereka termasuk Thalhah bin Ubaidillah. Kemudian Rasulullah dan kamum muslimin yang naik ke bukit dihadang oleh musuh. “Siapa yang berani melawan mereka dia akan menjadi temanku kelak di surga,” seru Rasulullah.

“Saya, wahai Rasulullah,” jawab Thalhah.

“Tidak, jangan engkau! Engkau harus tetap di tempatmu.”

“Saya, wahai Rasulullah,” kata seorang prajurit Anshar.

“Ya, majulah,” kata Rasulullah.

Para Sahabat Nabi. Prajurit Anshar itu maju melawan prajurit kafir yang ingin membunuh Rasulullah hingga menemui kesyahidannya. Rasulullah meneruskan perjalanan, tetapi dihadang kembali oleh tentara musyrikin.

“Siapa yang berani melawan mereka ini?” seru Rasulullah lagi.

“Saya, wahai Rasulullah,” kata Thalhah mendahului yang lain.

“Jangan, engkau tetaplah di tempatmu!”

“Lalu seorang prajurit Anshar menggantikannya. Begitu terus hingga 11 orang prajurit muslim menemui syahid. Tinggal Thalhah sendiri bersama Rasulullah. Hingga kemudian Rasululah memerintahkan kepada Thalhah, “Sekarang engkau, wahai Thalhah!”

Tanpa menunggu lagi, Thalhah pun maju menghadang musuh dan menghalau mereka agar tak bisa mendekati Rasulullah. Thalhah kembali ke dekat Rasulullah dan menaikkannya sedikit ke bukit. Disandarkannya tubuh Rasulullah yang mulia. Gigi taringnya patah, kening dan bibirnya sobek, darah mengucur dari muka beliau.
Abu Bakar & Abu Ubaidah bin Jarrah (keduanya juga dijamin syurga), menemui Rasulullah, tapi Rasulullah menyuruh mereka membantu Thalhah. (Kelak Abu Bakar wafat karena sakit, adapun Ubaidah bin Jarrah wafat sebab wabah Thaum ketika dia mejabat menjadi gurbenur Syam dimasa Khalifah Umar ra. Sudah kita bhas di tgl 19 maret).

Lanjut ..

Thalhah ditemukan dalam keadaan pingsan, tak kurang dari 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan lembing, dan lemparan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah. Darah segar mengucur dari tubuhnya. Semua orang mengira Thalhah sudah syahid karena luka para yang dideritanya, tapi ternyata ia masih hidup sehingga akhirnya Thalhah mendapat julukan “asy-syahidul al-hayyu”(syahid yang masih hidup).

Sejak saat itu, jika ada yang membicarakan perang Uhud di depan Abu Bakar, Abu Bakar selalu menyahut, “Perang hari itu adalah peperangan milik Thalhah seluruhnya.”

Seakan ingin menebus ketidakhadirannya pada perang Badar, Thalhah mempertaruhkan semuanya di perang Uhud. Sebab saat perang Badar terjadi dia dan Sa’id bin Zaid tengah diutus menjadi mata-mata di luar kota oleh Rasulullah. Meski demikian, Thalhah tetap mendapat ghanimah Badar.

Keislamannya berawal ketika ia tengah berjalan ke Syam dan bertemu dengan pendeta yang mengabarkan kedatangan Nabi terakhir, Muhammad. Ia bercerita kepada Abu bakar yang kemudian mengantarkannya menemui Nabi Muhammad. Rasulullah menjelaskan apa itu Islam kepada Thalhah, dan dengan ringan Thalhah pun mengucap dua kalimat syahadat. Peristiwa keislaman Thalhah menjadi berita yang amat mengejutkan, terutama untuk keluarganya. Berbagai bujuk rayu dari keluarga dan kaumnya tak lagi dihiraukannya,peendirian Thalhah tak dapat digoyahkan.

Para Sahabat Nabi. Thalhah dikenal sebagai orang yang jujur dan teguh pendirian. Sejak awal keislamannya, ia juga tak pernah ingkar janji dan dermawan. Pernah dia membawa pulang keuntungan dagang sebesar 700.000 dirham. Entah kenapa malamnya Thalhah gelisah, risau dan merasa tidak tenang. Istrinya sampai kebingungan melihatnya.

“Mengapa engkau gelisah, apa aku telah melakukan kesalahan padamu?”

“Tidak. Engkau tak melakukan kesalahan apapun, tapi memang ada yang mengganggu pikiranku. Pikiran seorang hamba yang tak tenang ingin memejamkan mata sedang ada harta bertumpuk di rumahnya.”

“Mengapa engkau sampai risau seperti itu. bukankah banyak yang membutuhkan pertolonganmu. Besok pagi engkau bagikan saja uang itu kepada orang yang membutuhkan.

“Semoga Allah merahmatimu. Sungguh engkau wanita yang mendapat taufik Allah,“ sahut Thalhah bahagia.

Keesokan harinya, ketika acara pembagian harta kepada kaum Muhajirin dan Anshar hampir selesai, Ummu Kutsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq mendatangi suaminya, mengingatkan sang suami agar menahan beberapa uang untuk keperluan dirinya sendiri dan keluarganya. Ternyata, Thalhah hampir saja melupakan bagian untuk istri dan anaknya. Akhirnya ia memberikan harta yang tersisa pada istrinya. Ummu Kutsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq bercerita, “Ternyata yang tersisa adalah sebuah kantung yang berisi uang sekitar 1000 dirham.”

Seribu dirham adalah senilai dengan 100 dinar, yaitu sekitar 500 gram emas. Pantas jika Rasulullah memberinya gelar Thalhah Al Jaud (Thalhah yang pemurah) dan Thalhah Al Fayyadh (Thalhah yang dermawan).

Thalhah syahid pada usia 64 tahun (usia riwayat yang masyhur) dalam peristiwa perang Jamal karena luka yang cukup dalam di kakinya (Terkena panah di bekas luka yang blm sembuh).

Perang Jamal (perang saudara sebab fitnah abdulah bin saba) terjadi di Bashrah (iraq) pada hari Jumat tanggal 10 Jumadits Tsaniyah tahun 36 H. Di sanalah Thalhah terbunuh ketika berusaha “melerai” pertempuran antara pasukan Ali ra dan pihak Sayyidah Aisyah ra , ia terkena oleh panah yang tidak diketahui asalnya dan membunuhnya.”

Para Sahabat Nabi. Ibnu Katsir ber-pendapat, “Ada pun Thalhah, dalam pertempuran itu ia terkena oleh panah yang tidak diketahui asalnya, perang terjadi selepas dhur sampai menjelang matahari tenggelam”.

Setelah perang usai, Ali berjalan mengitari para korban yang tergeletak di medan tempur. Ia mendoakan rahmat Allah bagi orang² shalih yang dikenalnya, dia juga menshalatkan korban dari kedua belah pihak, dan ia berharap telah wafat dua puluh tahun sebelum hari itu hingga tidak perlu menyaksikan tumpahnya darah kaum muslimin.
Amirul Mukminin Ali sangat terpukul ketika melihat Thalhah dan putranya Muhammad As-Sajjad (ahli ibadah) tewas, dan itu sangat berat baginya. Ia hanya bisa mengadukan kedudukannya kepada Allah, tangis tak henti hentinya mengalir dari kedua matanya, lalu ia memberikan kabar gembira berupa neraka kepada pembunuh Thalhah.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Hakim, dan Ibnu Asakir, dari Thalhah bin Musharrif, bahwasanya Ali sampai di tempat Thalhah setelah ia terbunuh, maka ia turun dari tunggangannya dan mendudukkan nya. Ia mengusap debu dari wajahnya dan jenggotnya, dengan mendoakan rahmat Allah untuknya, dan ia berkata, “Andai saja aku telah meninggal dua puluh tahun sebelum terjadinya hari ini.”

Ketika Thalhah wafat, orang-orang menguburkannya di tepi Kalla’. Khalla’ adalah tempat dimana kapal-kapal berlabuh, yaitu tepian sungai, dan yang dikenal dengan nama dermaga.

Sa’id bin Amir Adh-Dhuba’I meriwayatkan dari Al Mutsanna bin Sa’id berkata : “Seseorang mendatangi Aisyah binti Thalhah (anak Thalhah) dan berkata, “Aku bermimpi bertemu dengan Thalhah dan ia berkata, “Katakanlah kepada Aisyah agar ia memindahkanku dari tempat ini, sesungguhnya rembesan lumpurnya menggangguku.”

Maka Aisyah segera berangkat dengan para pembantunya, mereka membuatkan tempat baru untuknya, dan kemudian mengeluarkannya. Ia berkata, “Tidak ada yang berubah darinya selain beberapa helai rambut dari salah satu sisi jenggotnya, atau ia mengatakan, “Kepalanya.” Dan itu terjadi setelah lebih dari tiga puluh tahun!”

من سره أن ينظر إلى رجل يمْشي على الارض وقد قضٰى نحبه فلينظر الى طلحة.

“Barangsiapa ingin melihat kepada soerang lelaki yang masih berjalan di bumi sedang mati syahidnya sungguh telah ditentukan, maka hendaklah dia melihat kepada Thalhah.” (HR Ibnu Majjah, At-Turmudzi).

Hadits ini mengisyaratkan apa yang telah difirmankan Allah:

من المؤمنين رجال صدقوا ما عاهدوا الله عليه فمنْهمْ من قضى نحبه ومنهم من ينتظر وما بدلوا تبديلا
( اﻷهزب : ٢٣)

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab 23). (Ibnu Katsir, Bidayah wan Nihayah). وااله اعلم

Penulis: Musa Muhammad.

Artikel terkait baca di sini

Tonton video menarik terkait hikmah kehidupan. Tonton di sini

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *