Oleh: Kiai Kuswaidi Syafi’i, Pengasuh Pesantren Maulana Rumi Bantul
فلا ترم بالمعاصي كسر شهوتها
إن الطعام يقوي شهوة النهم
Janganlah kau hadapkan dirimu pada maksiat demi mengalahkan keinginan nafsu. Karena sesungguhnya makanan itu justru makin menguatkan syahwat untuk makan.
Mungkin orang berpikir bahwa dengan menggembalakan nafsu di ladang-ladang maksiat, pada akhirnya nafsu itu akan menjadi jenuh terhadap keburukan dan dosa-dosa. Orang itu mungkin mengira bahwa dengan demikian nafsunya akan menjadi kenyang dan karenanya tidak akan bersyahwat lagi pada kemaksiatan.
Anggapan seperti itu jelas keliru. Dosa-dosa itu merupakan santapan paling lezat bagi nafsu. Dengan melahapnya, justru nafsu menjadi lebih muda, lebih gagah dan lebih bergairah pada dosa-dosa berikutnya. Itulah sebabnya kenapa ada dosa-dosa yang terlanjur “nikmat” untuk diulang-ulang oleh pelakunya.
Nafsu tidak akan pernah jenuh dan tidak akan pernah kenyang terhadap dosa-dosa. Bisa saja seseorang semakin tua umurnya. Tapi bersamaan dengan bertambahnya umur, bisa juga nafsunya justru menjadi semakin muda dan kuat. Sehingga kemampuannya semakin terlatih untuk menceburkan diri ke dalam kubangan dosa-dosa yang lebih luas.
Dan puncak dari kerakusan nafsu terhadap dosa-dosa itu adalah neraka Jahannam. Simaklah jawaban neraka paling mengerikan itu ketika ditanya oleh hadiratNya apakah ia sudah penuh atau tidak. Jawabannya adalah pertanyaan yang menantang: “Apakah masih ada tambahan lagi?”
Artinya adalah bahwa neraka Jahannam itu masih sangat bersedia untuk melumat banyak korban lagi. Sebagaimana nafsu yang kelam dan bodoh yang senantiasa lahap mengkonsumsi dosa demi dosa. Na’udzu billahi min dzalik.